Sidoarjo (ANTARA) - Pondok Pesantren Darul Falah Pusat di Sidoarjo, Jawa Timur, rutin melakukan nikah massal lima tahun sekali kepada para santri setempat yang ingin membina rumah tangga, tanpa tahu siapa calon pasangannya.

Ketua Yayasan Dalilul Falihin Pondok Pesantren Darul Falah Pusat Syaiful Bakri saat dikonfirmasi di Sidoarjo, Sabtu mengatakan, pada tahun ini merupakan yang ketujuh kalinya dilaksanakan nikah massal tersebut.

"Total ada sebanyak 22 orang pasangan pengantin yang dinikahkan tahun ini, yakni pada Minggu (22/5)," katanya.

Baca juga: Tradisi nikah massal santri Ponpes Nurul Iman

Ia mengatakan, para pengantin yang dinikahkan tersebut merupakan santri yang selama ini belajar di pondok bukan berasal dari luar pondok pesantren.

"Selanjutnya mereka setelah menikah ditempatkan di bilik-bilik kamar yang ada di lingkungan pondok pesantren sebelum mereka diberangkatkan untuk membantu cabang kami yang ada di berbagai daerah," katanya.

Baca juga: 10 pasang pengantin ikut nikah massal di Tanjungpinang

Ia mengatakan, sejak pertama kali dilakukan nikah massal sampai sekarang jumlah pesertanya sekitar 250 pasangan.

"Mereka yang akan menikah tidak mengetahui siapa yang akan menjadi jodoh mereka karena semuanya masih dirahasiakan hingga selesai dilakukan pembacaan ijab kabul barulah mereka bertemu dengan pasangan masing-masing," katanya.

Baca juga: Puluhan pasangan siri ikuti nikah massal di Jakarta Utara

Ia mengatakan, tidak ada paksaan kepada santri tersebut apakah mereka mau menikah dengan sesama santri dalam pondok atau dengan orang lain.

"Kalaupun mereka mau, ya tanda tangan dan nantinya Bu Nyai (Umi Habibah) selaku pengasuh Pondok Pesantren ini yang akan menentukan. Karena untuk menentukan pasangan seseorang tidak mudah," katanya.

Baca juga: Pasangan mualaf-dhuafa di Lumajang-Jatim ikuti isbat nikah massal

Ia mengatakan, banyak pertimbangan yang dilakukan oleh Bu Nyai untuk menentukan jodoh seseorang termasuk di antaranya perilaku, pengetahuan, berat dan tinggi badan serta yang terakhir shalat istikharah.

"Kami juga berkoordinasi dengan pihak KUA supaya tidak membocorkan siapa calon pengantin yang dinikahkan. Pernikahan yang dilakukan ini sah di KUA, tidak ada yang nikah siri," katanya.

Baca juga: 633 pasangan ikuti nikah massal di Balai Kota DKI

Salah satu santri yang mengikuti nikah massal bernama Khusnul mengatakan jika dirinya tidak tahu kalau yang menjadi calon suaminya tersebut adalah tetangga desa tempat tinggalnya.

"Waktu itu saya tidak tahu siapa calon suami saya. Setelah akad nikah baru tahu kalau yang menjadi suami saya adalah tetangga desa. Saya ikut program nikah massal tersebut tahun 2007 dengan peserta sekitar 68 pasangan," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022