Beijing (ANTARA) - China secara konsisten memajukan riset dan pengembangan (research and development/ R&D) vaksin COVID-19 di antara negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) memelopori perjuangan global melawan pandemi.

China merupakan negara pertama yang mengusulkan vaksin COVID-19 sebagai barang publik global, negara pertama yang mendukung pengabaian hak kekayaan intelektual untuk vaksin, serta negara pertama yang melaksanakan kerja sama dalam produksi vaksin dengan negara-negara berkembang, memainkan peran positif dalam mendorong pemulihan ekonomi yang stabil bagi semua negara.

Perusahaan biofarmasi China Sinovac telah membuat kemajuan dalam R&D gabungan serta produksi kolaboratif vaksin COVID-19 dengan negara-negara BRICS.

Sejak Juni 2020, Sinovac telah menjalin kerja sama dengan Institut Butantan Brasil untuk melaksanakan serangkaian studi klinis, dengan studi klinis paling penting adalah uji klinis Fase III dari vaksin CoronaVac yang melibatkan lebih dari 10.000 sukarelawan.

Lebih dari 112 juta dosis vaksin CoronaVac telah disuntikkan di Brasil sejak awal kampanye vaksinasi pada 2021.

Pada 2021, uji klinis Fase III vaksin CoronaVac pada 4.500 warga berusia enam bulan hingga 17 tahun menunjukkan keamanan dan imunogenisitas nyata di kalangan anak, khususnya anak-anak berusia enam bulan hingga tiga tahun, di Afrika Selatan.

Vaksin COVID-19 lainnya, yang dikembangkan oleh perusahaan China Sinopharm, telah mengantongi persetujuan penggunaan di Afrika Selatan untuk warga usia 18 tahun ke atas, kata Otoritas Regulator Produk Kesehatan Afrika Selatan (South African Health Products Regulatory Authority/SAHPRA) pada 7 Februari 2022.

Kerja sama di bidang R&D vaksin antara China dan negara-negara BRICS lain, seperti Brasil dan Afrika Selatan, didasarkan pada manfaat komplementer (saling melengkapi), ujar Meng Weining, Wakil Manajer Umum Sinovac Life Sciences Co., Ltd.

Sinovac berharap dapat memperkuat kerja samanya dengan negara-negara BRICS maupun negara lain, serta akan terus menyediakan produk vaksin, bersama-sama meningkatkan kapasitas produksi dan R&D vaksin, serta memperkuat kapabilitas pencegahan dan pengendalian penyakit menular, urai Meng.

Sejak awal pandemi COVID-19, negara-negara BRICS saling mendukung satu sama lain dengan pasokan medis serta melaksanakan kerja sama ekstensif dalam pencegahan dan pengendalian infeksi, protokol diagnosis dan pengobatan, serta riset dan pengembangan vaksin maupun obat-obatan.

Diselenggarakan oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, upacara peluncuran daring Pusat R&D Vaksin BRICS (BRICS Vaccine R&D Center) digelar pada 22 Maret 2022.

Dalam upacara peluncuran tersebut, negara-negara BRICS bersama-sama mengajukan sebuah inisiatif untuk memperkuat kerja sama vaksin guna menjamin aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin di negara-negara berkembang melalui distribusi vaksin secara adil sebagai barang publik global.

Lebih lanjut, inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat kapabilitas negara-negara BRICS dalam mengendalikan penyakit menular dan merespons peristiwa kesehatan masyarakat.

China akan bekerja sama dengan negara-negara BRICS lain untuk meningkatkan pertukaran dan kerja sama di bidang R&D dan pengujian vaksin, kata Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China Wang Zhigang dalam upacara peluncuran tersebut.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022