Jakarta (ANTARA News) - Fungsi dan peranan Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik PBB (UNESCAP) dinilai makin penting dan vital untuk menghadapi masalah kemanusiaan terbesar dunia yaitu kemiskinan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda di Jakarta, Kamis, saat membuka Sidang ke-62 UNESCAP. "Delapan juta orang meninggal tiap tahunnya karena mereka terlalu miskin untuk terus bertahan hidup," kata Menlu. Oleh karena itu, kata Menlu, komunitas internasional mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) untuk mewujudkan dunia masa depan yang penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan melalui kerjasama global dan regional bagi pembangunan. "Melalui Deklarasi Jakarta tentang MDGs di Asia dan Pasifik, kawasan kita telah memperbarui komitmen untuk mencapai target MDGs. Kami sepakat untuk menjadikan kemiskinan sebagai salah satu obyek dalam kerjasama pembangunan di Asia dan Pasifik," katanya. Menurut Menlu, tema sidang kali ini yaitu "Meningkatkan Kerjasama Kawasan dalam Pembangunan Infrastruktur, termasuk Manajemen Bencana Alam" sangat tepat baik secara waktu atau targetnya. "Pembangunan infrastruktur sangat krusial untuk pembangunan dan pengurangan kemiskinan," ujarnya. Namun, kata dia, pembangunan infrastruktur tidak selalu identik dengan pembangunan fisik walaupun pembangunan fisik memang lebih menarik di mata investor. "Saya merasa, bagaimanapun juga agar berhasil mencapai pembangunan berkelanjutan dan MDGs, kita juga harus membangun infrastruktur sosial," katanya. Dikatakan bahwa pembangunan di daerah tertinggal, pembangunan di bidang kesehatan dan sanitasi serta pendidikan adalah sejumlah bidang di mana ESCAP dapat memainkan peran lebih. Pada kesempatan itu Menlu juga menyoroti masalah kondisi geografis Asia dan Pasifik yang relatif rentan terhadap bencana alam, di mana sekitar 70 persen bencana alam dunia terjadi di kawasan ini. "Salah satu contoh adalah tsunami pada 26 Desember 2004 yang melanda Aceh dan Sumatra Utara (Indonesia -- red) serta sejumlah negara Asia lainnya yang mengakibatkan hilangnya 180 ribu nyawa dan kerugian material senilai 4,5 miliar dolar AS," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006