Jakarta (ANTARA News) - Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad mengusulkan pemerintah dan sektor swasta negara-negara Asia Pasifik agar mempertimbangkan konsep kerjasama kemitraan antara dua pihak untuk mencapai kemajuan ekonomi. "Pemerintah mendapat keuntungan langsung dari kesuksesan sektor swasta, jika mereka gagal, pemerintah tidak mendapat masukan dari pajak, tidak ada aktivitas bisnis, tidak ada lowongan pekerjaan untuk rakyat," katanya saat membuka Forum Bisnis Asia Pasifik, dalam rangkaian sidang komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP) ke-62, di Jakarta, Jumat malam. Ia menceritakan perkembangan ekonomi Malaysia sejak awal berdirinya hingga menjadi negara dengan perdapatan perkapita yang hampir mencapai 5.000 dolar Amerika Serikat (AS) saat ini. "Ide membangun Malaysia Inc. muncul saat kami mempelajari kemajuan pesat yang dialami Jepang usai perang dunia. Ketika itu kerjasama pemerintah dan swasta dianggap sebuah kejahatan dan Jepang dikecam karena Japan Inc-nya,"katanya. Ia menilai tidak ada yang salah bekerja sama dengan sektor swasta bahkan dapat membantu pembangunan ekonomi negara. "Malaysia sangat diuntungkan dengan adanya PPP (Public Private Partnership) itu, Malaysia membuat kebijakan resmi mengenai hal itu dan menyebutnya Malaysia Inc," katanya. Pemerintah, lanjut dia, bergantung pada kesuksesan dan keuntungan yang didapatkan sektor swasta untuk membiayai APBN melalui pajak. "Awalnya corporate tax di Malaysia 45 persen sekarang diturunkan menjadi 28 persen. Itu artinya 28 persen dari keuntungan swasta merupakan hak pemerintah. Jadi, membantu swasta sama dengan membantu pemerintah," katanya. Pada sekitar tahun 1960, ketika negara lain menasionalisasi perusahaan, Malaysia justru mengundang investor asing. "Kami membutuhkan keahlian manajemen mereka, serta modal untuk mengindustrialisasi negara kami," katanya. Dulu, katanya, 85 persen ekspor Malaysia berupa bahan mentah seperti karet dan CPO, sekarang kondisi itu telah berbalik. Sebanyak 80 persen ekspor Malaysia berupa barang manufaktur. Pertumbuhan ekonomi Malaysia membuat rakyatnya berharap akan penghasilan yang lebih. Hal itu membuat upah buruh lebih mahal dibanding negara lain seperti Cina dan India. "Ketika itu terjadi, rakyat kami telah mampu meningkatkan kapasitas untuk berinvestasi, menguasai teknologi, dan meningkatkan investasi asing, serta mengembangkan sektor lainnya. Kini, investasi di Malaysia kebanyakan dari investor lokal," demikian Mahathir. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006