Jakarta (ANTARA News) - Satu penelitian yang ditarik dari permainan game virtual menyebutkan, ada kemungkinan remaja tidak membeli rokok jika rokok tidak dijual di depan mata remaja itu.

"Kita tahu lingkungan ritel adalah tempat yang sangat penting bagi perusahaan tembakau untuk mengiklankan dan memasarkan produk mereka," kata pemimpin penelitian, Annice Kim, dari RTI International in Research Triangle Park, North Carolina.

"Rokok ditampilkan secara gamblang, dan dihadapkan kepada pelanggan termasuk anak-anak," ujar Kim.

Kim dan tim penelitiannya ingin menguji efek menutupi display rokok terhadap konsumen remaja. Namun para peneliti tidak bisa melakukannya di dunia nyata karena belum ada daerah yang melarang penutupan display rokok.

Kemudian peneliti merancang permainan virtual dan mengirimkannya ke lebih dari 1.200 remaja, antara usia 13 dan 17. Permainan itu berupa toko simulasi online.

Para peneliti meminta mereka memilih empat produk di toko: camilan dari rak, minuman dari lemari pendingin dan dua produk pilihan mereka dari kasir.

Dalam beberapa skenario, ada produk rokok yang ditampilkan secara jelas, sedangkan pada skenario lain, remaja diperlihatkan rak rokok yang ditutupi.

Setiap remaja yang mencoba meminta kasir untuk membeli rokok ditolak karena usia. Namun para peneliti tertarik, berapa banyakkah remaja yang mencoba bertanya.

Para peneliti menemukan bahwa 16 sampai 24 persen remaja mencoba membeli produk tembakau ketika rak dibiarkan terbuka, dibandingkan dengan 9 sampai 11 persen ketika ditutup.

Para peneliti Pediatrics mengemukakan, kemudahan remaja dalam membeli rokok memicu konsumen produk tembakau dari kalangan remaja.

Namun, 32 persen remaja mengatakan mereka menyadari rokok tetap tersedia meskipun rak tertutup, sedangkan 85 persen tetap membeli saat rak terbuka.

"Kebijakan yang mengharuskan pengecer untuk menyembunyikan produk tembakau dari display bisa memberi dampak positif kesehatan pada masyarakat," ujar Kim sebagaimana dilansir Reuters.

Namun peneliti pengendalian tembakau dari Fakultas Kesehatan Masyarakarat Universitas Boston, Michael Siegel, mengatakan harus ada penyeragaman dan alasan yang kuat untuk menyembunyikan tampilan produk tembakau dari kaum muda sehingga tidak menambah perdebatan.

"Namun, ini tidak bisa diterapkan pada kehidupan nyata karena secara nyata anak-anak akan pergi ke toko ketika ingin membeli rokok," ujar Siegel.

Sebaliknya, demikian Siegel, melarang menampilkan produk tembakau di rak-rak penjualan, akan membantu mencegah pemuda dari pengaruh buruk rokok.
(M048)

Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012