Dumai, Riau (ANTARA News) - Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) memperkirakan volume ekspor minyak sawit Indonesia pada tahun ini naik menjadi 21,7 juta ton.

Dari sisi komposisi ekspor juga akan berubah dari 39 persen berupa crude oil dan minyak sawit olahan (processed oil) 61 persen pada 2012 menjadi 38 persen crude oil dan 62 persen processed oil, kata Direktur Eksekutif GIMNI Sahat M Sinaga di Dumai, Riau, Senin.

Perubahan komposisi itu, menurut Sahat, menunjukkan kian berkembangnya industri hilir kelapa sawit belakangan ini terutama setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 128/PMK011/2011 pada September 2011 lalu.

Peraturan yang mengenakan bea keluar tinggi terhadap ekspor bahan baku dan sebaliknya bea keluar rendah untuk produk hilir telah mendorong optimalisasi utilisasi industri rafinasi dan fraksinasi di Indonesia.

Tidak hanya itu, investasi dalam industri hilir kelapa sawit juga akan meningkat signifikan pada 2012 dan berlanjut dalam tahun ini.

Menurut Sahat, sejak regulasi baru bea keluar diterbitkan dan ada perbaikan kejelasan melalui PMK No. 75/2012 dan adanya insentif tax holiday/tax allowance bagi industri yang menanamkan modal di atas Rp1 triliun, maka ada 12 perusahaan yang akan menginvestasikan di atas Rp1 triliun per unit usaha dengan 4 di antaranya akan mengembangkan industri hilir kelapa sawit di Dumai.

Selain itu ada 8 perusahaan yang mengembangkan investasi di bawah Rp1 triliun per unit usaha, pada bidang rafinasi dan fraksinasi serta palm kernel milling.

Sahat mengatakan, proyeksi investasi untuk industri hilir kelapa sawit ini berkisar 2,1 dolar AS dan ditambah 645 juta dolar AS untuk fasilitas packing line minyak goreng kemasan (mencakup tangki-tangki, filing m/e dan automation boxes).

Kapasitas produksi Indonesia tahun ini, menurut catatan GIMNI, untuk rafinasi dan fraksionasi, margarine, shortening, serta spesial fat naik dari 20,1 juta ton per tahun pada 2012 menjadi 21,1 juta ton.

Kemudian kapasitas terpasang biodiesel berada pada 3,6 juta ton (4,1 juta kilo liter) per tahun, sedangkan ocechemicals tetap seperti pada 2012 yaitu 2,2 juta ton per tahun.

Menurut Sahat, sinyal dari menteri keuangan untuk melakukan peninjauan ulang insentif tax holiday yang berlaku sekarang dan akan melonggarkan ketentuan yang menghambat investasi merupakan hawa segar yang mendapatkan sambutan positif dari dunia usaha, terutama sektor industri hilir kelapa sawit.

Namun demikian GIMNI mencatat ada beberapa hal penting lain yang perlu dicermati untuk perbaikan menyeluruh, di antaranya konsistensi regulasi, implementasi Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Pakistan, perbaikan infrastruktut, sumber daya manusia, dan sistem perpajakan dan lain-lain.  (S026/B012)

Pewarta: Suryanto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013