Sebagai rakyat Suriah, kami menyambut baik keputusan internasional untuk menyerahkan senjata kimia kepada pengawasan (internasional)...
Damaskus (ANTARA News) - Puluhan orang Suriah melancarkan aksi duduk pada Selasa di luar gedung Kabinet Pemerintah di Ibu Kota negeri itu, Damaskus, untuk menyampaikan dukungan mereka bagi gagasan Rusia terbaru mengenai perlucutan senjata kimia Suriah.

"Sebagai rakyat Suriah, kami menyambut baik keputusan internasional untuk menyerahkan senjata kimia kepada pengawasan (internasional), sebab sejak awal krisis di Suriah, kami telah menentang penggunaan senjata kimia," kata Majdonile, seorang perempuan Suriah, kepada Xinhua selama aksi duduk.

Pekan lalu, Rusia mengusulkan gagasan untuk melucuti senjata kimia Suriah, dengan harapan bisa melucuti dalih Washington untuk melancarkan agresi militer terhadap Suriah karena dugaan tentara pemerintah menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil di pinggiran Damaskus pada 21 Agustus.

Pemerintah Presiden Bashar al-Assad membantah tuduhan tersebut, dan menuding gerilyawan. Pemerintah Suriah menyatakan gerilyawan melancarkan operasi tipuan untuk memerangkap pemerintah.

Namun, usul Rusia pada saat terakhir dipuji oleh Damaskus, yang menyatakan akan menyerahkan simpanan senjata kimianya bukan karena takut terhadap serangan yang mungkin dilancarkan AS, tapi karena keyakinannya pada kebijaksaan Rusia.

Samir Batrony, seorang pengacara Suriah yang juga ikut dalam aksi duduk,  mengatakan, "Agresi menghilang, persekongkolan berantakan, dan Suriah takkan menyerah."

Peserta lain aksi duduk mengibarkan bendera Suriah serta poster Presiden Bashar al-Assad dan mendiang presiden Mesir Jamal Abdel-Nasser, lambang pan-Arabisme di Dunia Arab.

Aksi duduk tersebut digelar sehari setelah Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan dalam pertemuan tertutup mengenai laporan dari kelompok pencari fakta yang menyelidikan dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah pada 21 Agustus.

Laporan itu mengkonfirmasi senjata kimia digunakan di Ghouta, Suriah, tanpa menuduh pihak tertentu. Demikian dilaporkan Xinhua.

(C003)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013