Sangat disayangkan sekali bahwa sampai sekarang kita tidak mempunya Perda tentang kebudayaan, padahal seharusnya ini juga menjadi salah satu prioritas
Jakarta (ANTARA News) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menyayangkan belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang menyangkut kebudayaan hingga saat ini di Jakarta.

"Sangat disayangkan sekali bahwa sampai sekarang kita tidak mempunyai Perda tentang kebudayaan, padahal seharusnya ini juga menjadi salah satu prioritas," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Arie Budhiman usai Pidato Kebudayaan di Teater Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Senin malam.

Pidato Kebudayaan diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Dalam kesempatan tersebut filsuf asal Indonesia Karlina Supelli menyampaikan pidatonya.

Menurut Arie, sebenarnya pihak eksekutif DKI sudah lebih dulu mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Kebudayaan pada tahun 2012.

"Akan tetapi, sampai sekarang belum juga ada tindak lanjut dari dewan (DPRD DKI Jakarta). Raperda ini bukan hanya menyangkut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tetapi juga mengenai strategi kebudayaan di Jakarta," ujar Arie.

Sementara itu, filsuf asal Indonesia Karlina Supelli dalam Pidato Kebudayaannya menyimpulkan kebudayaan dapat dijadikan sebagai sebuah siasat dalam kehidupan sehari-hari.

"Dari seluruh hasil renungan pribadi dan diskusi-diskusi yang pernah saya ikuti, saya menemukan bahwa kebudayaan merupakan siasat. Lebih rinci, saya menemukan ada delapan pokok siasat kebudayaan," tutur Karlina.

Pertama, kebudayaan membangkitkan kembali kebiasaan berpikir serius, bukan sekedar melempar komentar. Kedua, kebudayaan mengubah konsep ekonomi dari urusan pasar dan jual beli uang ke urusan mata pencaharian warga biasa.

Ketiga, kebudayaan melatih kebiasaan mau mengakui kesalahan dan berkata benar. Keempat, kebudayaan melatih kebiasaan berpolitik karena tanggung jawab dan komitmen pada kehidupan publik, bukan pribadi.

Kelima, kebudayaan melatih hasrat berbelanja karena perlu, bukan karena mau. Keenam, kebudayaan membangun kebiasaan baru seluas bangsa untuk menilai bahwa korupsi, plagiarisme dan mencontek bukan hal yg lazim, tetapi kriminalitas.

Ketujuh, kebudayaan mengembalikan makna profesi sebagai janji publik, bukan sekedar keahlian. Terakhir, kebudayaan melatih bertindak karena komitmen, bukan semata karena suka.

"Mengapa tawaran saya adalah siasat dan bukan peta besar atau strategi? Karena dalam kondisi seperti sekarang, kita perlu menetapkan prioritas. Kalau pun kita sanggup menggambar peta besar, perjalanan kita akan tersendat sebelum berhasil mentransformasikan kebiasaan-kebiasaan publik kita," ungkap Karlina.

Pidato Kebudayaan merupakan program tahunan DKJ bersama Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM). Tradisi yang diselenggarakan sejak 1989 sebagai bagian dari perayaan ulang tahun TIM itu setiap tahun mengundang tokoh nasional untuk mengupas persoalan penting dan aktual dari perspektif kebudayaan.(*)

Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013