Beijing (ANTARA News) - Enam orang tewas akibat ledakan-ledakan dan enam lainnya ditembak mati oleh polisi di Xinjiang, China, kata pihak berwenang, Sabtu, dalam gelombang terbaru aksi kekerasan yang melanda wilayah rawan itu.

Aksi kekerasan di Xinhe, prefektur Aksu di barat jauh China tampaknya punya hubungan dengan tiga ledakan mbom yang melanda daerah yang sama Jumat petang, yang pihak berwenang katakan menewaskan tiga orang.

Tidak jelas apakah tiga korban tewas Jumat itu termasuk dalam 12 orang yang tewas itu.

"Saat polisi sedang menangani aksi kekerasan satu kelompok orang melemparkan bahan-bahan peledak" dengan enam orang ditembak mati oleh polisi, lima ditahan dan enam orang lainnya tewas karena mereka" "melakukan perlawanan", kata portal berita Tianshan, yang dikelola oleh pemerintah lokal, Sabtu.

Xinhe adalah satu daerah dekat barat jauh China, di perbatasan dengan Kirgizstan dan berpenduduk mayoritas etnik Uighur.

Tianshan melaporkan Jumat malam bahwa tiga ledakan itu menewaskan tiga orang dan mencederai dua orang lainnya di daerah yang sama yang banyak dihuni warga Muslim itu.

Seorang tewas setelah dua ledakan di satu salon dan pasar, sementara dua lainnya tewas di dalam sebuah mobil yang "meledak sendiri" ketika dikepung oleh polisi, kata Tianshan.

Wilayah barat yang luas itu selama bertahun-tahun dilanda aksi kekerasan oleh warga Uighur yang Muslim, yang menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia disingkirkan dan ditekan dalam kebudayaan, tindakan keras keamanan dan kedatangan para etnik Han China.

Dalam bulan-bulan belakangan ini terjadi insiden-insiden kekerasan yang reguler, biasanya melibatkan para pria bersenjata pisau dan bahan peledak, kata media resmi.

Beijing menyebut aksi kekerasan itu dilakukan kelompok garis keras agama dan separatisme.

Insiden kekerasan paling serius terjadi di daerah Turpan, Xinjiang, yang menewaskan setidaknya 35 orang pada Juni lalu, demikian AFP.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014