Pasien yang melakukan proses transplantasi ginjal harapan hidupnya bisa dua kali lebih besar daripada yang melakukan hemodialisis karena dia mendapat ginjal baru.
Jakarta (ANTARA News) - Transplantasi ginjal merupakan cara paling ideal bagi pasien gagal ginjal karena dapat mengatasi seluruh jenis penurunan fungsi ginjal, dengan demikian memperbesar harapan hidup pasien, ujar Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Prof Dr. dr. Endang Susalit.

"Pasien yang melakukan proses transplantasi ginjal harapan hidupnya bisa dua kali lebih besar daripada yang melakukan hemodialisis karena dia mendapat ginjal baru," ujarnya dalam konferensi persi di RSCM, Jakarta, Rabu.

Hanya saja, menurutnya di Indonesia sendiri baru sebagian kecil pasien yang melalukan transplantasi ginjal. Sebagian besar dari mereka hanya menjalani terapi hemodialisis dan sebagian lain melakukan dialisis peritoneal.

Ia memperkirakan saat ini terdapat 100 ribu orang pasien gagal ginjal dan sebanyak 25 ribu orang pasien gagal ginjal baru yang memerlukan terapi pengganti setiap tahun.

"Saat ini masih banyak jumlah pasien gagal ginjal yang belum tersentuh dan mendapat terapi pengganti atau tidak terdiagnosis," katanya.

Kendala untuk dilakukannya proses transplantasi ginjal pada pasien adalah jumlah pendonor.

Ia mengatakan transplantasi ginjal di Indonesia saat ini baru dilaksanakan dari donor hidup, sedangkan transplantasi dari donor jenazah belum terlaksana.

Salah satu alasan mengapa jumlah pendonor terbatas menurut ia adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang transplantasi organ sehingga masih apatis terhadap kegiatan ini.

Teknik laparoskopi untuk tingkatkan jumlah pendonor ginjal Salah satu upaya yang dilakukan pihak medis untuk meningkatkan jumlah pendonor ginjal ialah dengan mengembangkan teknik laparoskopi dalam proses transplantasi ginjal dari pendonor ke penerima.

"Teknik ini pada pengobatan gagal ginjal digunakan pada operasi pengambilan ginjal donor," ujar Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dalam kesempatan yang sama, di Jakarta, Rabu.

Bagi pendonor, lanjut ia, teknik ini memiliki sejumlah keuntungan mampu mengurangi nyeri pasca operasi, mengurangi lama perawatan di rumah sakit, mengurangi jumlah darah yang hilang ketika operasi dan masa penyembuhan yang lebih singkat.

"Nyeri pasca operasi lebih rendah daripada teknik open, karena pada teknik open biasanya dokter memotong beberapa otot untuk mengekspos ginjalnya. Sementara bila menggunakan teknik laparoskopi dokter tidak perlu memotong otot tetapi pembungkus ototnya saja," katanya.

Teknik laparoskopi merupakan suatu teknik operasi menggunakan instrumen kecil berdiameter lima hingga 12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut. Untuk melihat organ di dalam perut, digunakan kamera yang berukuran mini dengan terlebih dahulu dimasukkan gas untuk membuat ruangan di rongga perut lebih luas.

Teknik laparoskopi telah dikembangkan salah satunya di RSCM sejak 2011. Hingga kini, pihak RSCM mencatat telah mampu melakukan 100 transplantasi ginjal dengan teknik ini.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014