Colombo (ANTARA News) - Presiden terpilih Sri Lanka, Maithripala Sirisena, awalnya hanya seorang Menteri Kesehatan yang rendah hati sampai kemunculannya sebagai harapan baru untuk menggulingkan pemimpin yang paling lama berkuasa di Asia Selatan, Mahinda Rajapakse.

Titik balik pria 63 tahun ini menjadi pesaing serius Presiden Rajapakse berawal dari keluarnya dia dari pemerintahan Rajapakse sehari setelah jamuan makan malam bersama pemimpin kuat tersebut.

Ia lalu berjanji untuk membasmi korupsi dan mengembalikan kemerdekaan peradilan yang selama ini gagal dilakukan oleh pemerintahan Rajapakse yang otoriter.

"Mulai besok, kita akan bergerak ke dalam budaya politik yang baru. Perdamaian dan supremasi hukum akan ada dalam pemerintahan saya," kata Sirisena saat memberikan suaranya, Kamis.

Selain itu dia berjanji akan mengakhiri rezim keluarga Rajapakse yang berkuasa di bawah lindungan sang presiden.

Rajapakse memimpin Sri Langka pada periode 19 November 2005 hingga 9 Januari 2015.

Sirisena berjanji untuk mereformasi kepemimpinan presiden dalam 100 hari, menghilangkan banyak kekuasaan eksekutif dan mengembalikan negara ke demokrasi parlemen bergaya Barat, di mana kepolisian, pengadilan, dan pelayanan sipil adalah institusi independen.

Sirisena, sama seperti Rajapakse, berasal dari suku mayoritas di Sri Lanka, Sinhalese. Namun Sirisena berhasil mendapatkan dukungan dari kelompok minoritas di negara tersebut, termasuk Tamil, karena dianggap memberikan alternatif kepemimpinan yang lebih baik dibandingkan Rajapakse.


Anak yang disenangi


Teman semasa kuliah Sirisena, Austin Fernando, mendeskripsikan Sirisena sebagai "politisi yang berwatak dan berbicara halus".

"Dia tidak pernah berlaku kasar. Dia termasuk anak yang disenangi dan karenanya dengan mudah bisa mendapatkan rasa hormat," ujar Fernando yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil.

Namun, keputusan Sirisena untuk berbalik dan melawan presiden yang sangat berkuasa menunjukkan mental baja yang tersembunyi dalam sikap lembutnya.

Padahal pada tahun 2010, mantan panglima militer Sarath Fonseka dipenjara selama 2,5 tahun dengan tuntutan kontroversial dan proses peradilan yang patut diperdebatkan.

Peristiwa itu terjadi setelah Fonseka kalah dalam pemilu melawan Rajapakse tahun 2010.

"Saya tahu apa yang terjadi pada Jenderal Fonseka juga dapat terjadi kepadaku," kata Sirisena dalam pidato kampanye awalnya.

Untuk maju ke pemilihan presiden, Sirisena didukung oleh Partai Persatuan Nasional (UNP) yang populer di daerah urban.

Putra seorang veteran Perang Dunia II ini memasuki dunia parlemen pada tahun 1989 setelah menetap di bagian timur Provinsi Polonnaruwa.

Sirisena masuk ke dalam daftar target mudah oleh pemberontak Macan Tamil selama puncak pertempuran dan mengatakan kaum separatis mungkin telah mencoba membunuhnya minimal lima kali kesempatan.

Dia pernah dipenjara selama hampir dua tahun setelah tertangkap dengan tuduhan memimpin pemberontakan melawan pemerintah pada tahun 1971 saat usianya masih 20 tahun.

Setelah berseberangan pandangan dengan pemerintah, Rajapakse mengeluarkannya dari Partai Kebebasan Sri Lanka walaupun saat itu Sirisena mengaku masih menjadi anggota.

Sirisena sendiri adalah seorang pemimpin yang setuju dengan kebijakan pasar bebas, ramah terhadap investor sesuai dengan pandangan oposisi UNP yang memberikannya dukungan politik untuk menantang Rajapakse, demikian AFP.

(Uu.M054)




Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015