... semakin bagus sosial ekonomi orang tua, semakin besar persentase anak duduk di depan layar televisi, komputer dan Play Station...
Jakarta (ANTARA News) -  Menurut ahli kesehatan, selain asupan gizi yang cukup dan seimbang, sejak usia di atas satu tahun anak-anak harus bergerak aktif agar pertumbuhannya optimal.

Hanya saja, data dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS)  pada 2011 lalu menemukan, anak-anak Indonesia berusia 6-12 tahun terutama dari keluarga berpenghasilan tinggi, 57,3 persen dianggap tidak aktif bergerak.

"Penelitian mengenai pola aktivitas anak Indonesia juga memperlihatkan bahwa anak-anak yang dianggap kurang gerak (sedentary) lebih banyak berasal dari keluarga berpenghasilan lebih tinggi," ungkap peneliti ahli dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Dr Ir Heryudarini Harahap MKes, di Jakarta, Kamis.

Hasil ini didapat setelah para peneliti bersama FrieslandCampina melalui Frisian Flag Indonesia melakukan studi pada 2558 orang anak berusia 6-12 tahun yang mencakup 25 provinsi di Indonesia.

Rini mengatakan, kemampuan material yang cukup baik orang tua sehingga mampu menyediakan fasilitas televisi, komputer maupun game di rumah menjadikan alasan mengapa anak-anak ini kurang bergerak.

Dia mengungkapkan, hal ini sejalan dengan tingginya persentase anak-anak ini terpapar televisi, komputer dan perangkat elektronik lainnya lebih dari dua jam per harinya, yakni 55,2 persen.

Padahal, menurut dia, lamanya anak terpapar perangkat ini seharusnya tidak lebih dari dua jam per harinya.

"Ada kecenderungan, semakin bagus sosial ekonomi orang tua, semakin besar persentase anak duduk di depan layar televisi, komputer dan Play Station," kata Rini.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Unit Kerja Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) JAYA, dr MF Conny Tanjung, SpA(K), mengungkapkan, kurang aktivitas fisik menyebabkan anak berisiko mengalami masalah kesehatan di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes melitus, hipertensi, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya.

"Anak juga membutuhkan tulang yang kuat dalam beraktifitas dan dalam hal ini asupan kalsium dan vitamin D akan berperan sebagai zat penunjang kekuatan tulang, yang pertumbuhan optimalnya akan dicapau ketika anak bergerak aktif dan terpapar sinar matahari," ungkap dia.

Rini menambahkan,  temuan SEANUTS juga menunjukkan, anak dengan aktivitas fisik rendah berisiko 3,6 kali mengalami kelebihan berat badan dibandingkan dengan anak yang melakukan aktivitas tinggi.

Mengomentari hal ini, residen dokter spesialis olaharaga, dr. Sophia Hage, mengungkapkan, untuk memperoleh manfaat kesehatan, anak-anak harus melakukan aktivitas fisik akumulasi minimal 60 menit setiap hari.

Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015