Jakarta (ANTARA News) - Satu dari tiga burung di Eropa terancam punah, demikian berdasarkan versi bocoran paling lengkap yang pernah dibuat dari penelitian margasatwa Eropa dan habitat alamiah yang dilansir situs The Guardian.

Laporan EU State of Nature yang dibaca The Guardian, melukiskan gambar penurunan yang dramatis spesies burung yang dulu umum ditemui seperti burung skylark dan burung merpati jenis turtle dove.

Penurunan jumlah burung utamanya diakibatkan tekanan agrikultur, dan juga peringatan bahwa ekosistem sebenarnya sedang berjuang mengatasi imbas aktivitas manusia.

Laporan itu memberi semangat bagi para pegiat kampanye melawan rencana Komisi Eropa dua buah undang-undang lingkungan penting; burung dan pengarahan habitat.

Mereka bertindak sebagai jeda dalam perkembangan di mana hal itu mengancam dunia alami, namun laporan itu menambah beban pada kasus di mana hukum seharusnya tidak dipermudah.

Laporan State of Nature menemukan populasi turtle dove telah menurun tajam hingga 90 persen atau lebih sejak tahun 1980 dan segera akan dimasukkan ke dalam daftar merah Serikat Internasional untuk Perlindungan Alam (IUCN) sebagai spesies yang terancam punah. Jumlah skylark dan burung ortolan bunting, sejenis burung berkicau yang secara ilegal diburu dan dimakan bulat-bulat di Perancis, telah turun jumlahnya hingga sekitar setengahnya.

Dari 804 habitat alami yang dinilai oleh Agen Lingkungan Hidup Eropa untuk laporan itu, 77 persen dianggap dalam keadaan yang buruk, dengan hampir sepertiganya memiliki keadaan yang buruk sejak penelitian tahun 2006. Hanya empat persen yang ditemukan mengalami peningkatan.

Survey teknis yang luas menggunakan data yang dikumpulkan oleh 27 negara Eropa antara tahun 2007-2012, dan akan dirilis oleh Komisi Eropa akhir tahun ini.

"Laporan itu jelas-jelas menunjukkan margasatwa Eropa dan habitat alami ada dalam keadaan krisis," kata Andreas Baumueller, ketua WWF Eropa unit sumber daya alam.

"Habitat kita perlahan-lahan sekarat dan modal alami kita-yang direfleksikan oleh spesies-spesies seperti burung dan kupu-kupu-sedang ada dalam tekanan dahsyat dari pertanian yang tidak berkelanjutan dan kebijakan penggunaan tanah."

Studi menemukan bahwa pertanian secara intensif dan perubahan tanah alami menimbulkan ancaman terbesar pada flora dan fauna Eropa, meskipun kerugian keanekaragaman hayati diperkirakan membebani Uni Eropa 450 miliar Euro per tahun atau sekitar 0,3 persen dari PDB.

Pertanian menyumbang dua pertiga dari penggunaan tanah di Uni eropa. Kerusakan atau konversi padang rumput dan semak belukar untuk menanam lebih banyak tanaman pangan-seringnya menggunakan pestisida yang menghancurkan banyak populasi burung. Pertanian monokultur, perubahan rezim merumput dan penghilangan vegetasi alami dan lanskap telah menambah tekanannya.

Laporan itu juga mendaftar perubahan aliran air, fragmentasi habitat dan aktivitas manusia seperti berburu, menjebak, meracuni sebagai ancaman-ancaman spesifik terhadap kehidupan burung.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015