Jakarta (ANTARA News) - PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III memulai pembangunan jalan layang yang akan menghubungkan Terminal Teluk Lamong dengan Tol Surabaya-Gresik dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya.

"Dengan pembangunan jalan layang maka Terminal Teluk Lamong sebagai multipurpose terminal yang penting di Pelabuhan Tanjung Perak akan mudah diakses melalui Jalan Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Surabaya utara dan selatan. Selain itu juga mudah dijangkau melalui Tol Surabaya-Gresik", kata Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III Husein Latief dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Dalam peletakan batu pertama proyek tersebut, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini turut hadir dan serta para pengguna jasa dan mitra kerja Pelindo III.

Husein menjelaskan berdasarkan paparan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya tahun 2014-2034, menurut Perda Nomor 12 tahun 2014, kawasan Teluk Lamong diperuntukkan sebagai kawasan "mix use" pendukung pengembangan pelabuhan.

Maka, lanjut di, JLLB direncanakan sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan kawasan tersebut dengan Surabaya selatan dan utara, serta Terminal Teluk Lamong.

Dia menambahkan dalam pengembangannya, Terminal Teluk Lamong yang merupakan pelabuhan hijau pertama di Indonesia akan memiliki konektivitas yang multimoda.

"Alternatif pertama ialah melalui jalan yang sudah ada, yakni Jalan Tambak Osowilangon," katanya.

Kedua, lanjut dia, jalan layang melalui tersebut yang akan dibangun dengan melibatkan pengelola jalan tol, PT Marga Bumi Matra Raya dan pengembang PT Mitra Karya Multiguna (Sinarmas Land).

Ketiga, menggunakan moda transportasi kereta api yang akan masuk ke Terminal Teluk Lamong dan ke empat, melalui monorel peti kemas yang akan menghubungkan ke beberapa depo peti kemas hingga terminal-terminal lain di Pelabuhan Tanjung Perak.

"Dukungan pemerintah pada pengembangan aksesibilitas darat Terminal Teluk Lamong sangat penting serta dapat dilihat komunitas dunia usaha sebagai komitmen dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah", katanya.

Menurut dia, hal itu dikarenakan Surabaya sebagai "hinterland" dari Pelabuhan Tanjung Perak, memiliki potensi pengoptimalan pola ruang untuk pemanfaatan lahan serta pengelolaan kawasan industri yakni pusat pergudangan Margomulyo-Osowilangon.

"Kemudian penyiapan berbagai infrastruktur yang ada di pelabuhan dan kawasan daratan merupakan bagian dari rencana yang disebut sebagai Surabaya City Logistic System," katanyaa.

Selain itu, dia mengatakan Surabaya juga memiliki potensi pengembangan "Water Front City" dengan fungsi "mix use" atau multiguna antara kegiatan perdagangan jasa dan pemukiman tepi pantai modern.

Husein mengatakan kerja sama antara Pemerintah Kota Surabaya dan Pelindo III tersebut sejalan dengan Nawacita ke-7, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.

Terminal Teluk Lamong merupakan "multipurpose terminal" atau terminal multiguna di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain).

Husein mengatakn tidak hanya mengusung konsep ramah lingkungan dengan peralatan yang bersumber tenaga listrik, berbagai fasilitas bongkar muat modern di terminal tersebut juga beroperasi secara semi-otomatis.

"Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama pembangunan ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering berkapasitas hingga 5 juta ton," katanya.

Dia menilai besarnya arus logistik terminal tersebut menjadi dasar kebutuhan akan aksesibilitas dan konektivitas yang mengakomodir efisiensi biaya logistik.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan saat baru dua hari menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, dirinya diminta rapat bersama Setwapres untuk mempercepat dimulainya pembangunan Terminal Teluk Lamong.

"Saat itu saya memilih membangun pelabuhan (terminal barang) di Teluk Lamong. Karena saya ingin harga barang menjadi lebih murah untuk warga Surabaya, juga Jawa Timur, bahkan kawasan Indonesia timur," ungkap Risma.

Kini, lanjut dia, setelah Terminal Teluk Lamong sudah mulai beroperasi, Pemkot Surabaya bersama Pelindo III mendorong peningkatan aksesibilitasnya.

"Agar kinerja Terminal Teluk Lamong lebih efisien dan efektif demi mendukung daya saing Surabaya yang letaknya strategis untuk meningkatkan perekonomian rakyat," tambah Risma.

Terkait strategisnya posisi Surabaya dalam rute logistik internasional, Risma mengaku sudah banyak Kedutaan Besar dari berbagai negara yang berminat untuk membongkar barangnya di Surabaya (Pelabuhan Tanjung Perak).

"Mereka ingin Surabaya siap, agar tidak perlu transit ke Singapura. Untuk mengefisienkan biaya pengiriman," katanya.

Dengan terkoneksinya antara akses Terminal Teluk Lamong, JLLB, dan Tol Surabaya-Gresik secara optimal, Risma optimistis beban angkutan barang dapat tereduksi hingga 80 persen dan angkutan orang bisa turun setidaknya 50 persen.

Kini China Shipping Container Lines sudah rutin langsung berlayar (direct call) ke Terminal Teluk Lamong dalam rute baru yang tidak melalui Singapura. Beberapa pelayaran dari negara lain juga sudah mulai menjajaki untuk melakukan hal serupa.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015