Jakarta (ANTARA News) - Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayor Jenderal TNI (Marinir) Buyung Lelana di Jakarta Minggu, mengatakan, tanpa menyelesaikan akar masalahnya, muskil aksi teros bisa ditiadakan karena ini terkait dengan paham radikalisme yang dianut.




Pernyataan itu disampaikan Dankormar terkait aksi teror mematikan yang mengguncang Paris dengan korban jiwa lebih dari 129 orang pada Jumat malam 13/11).





Dia katakan itu sesaat sebelum upacara HUT ke-70 Korps Marinir TNI AL, di Bumi Marinir Cilandak. Sejumlah sesepuh Korps Marinir dan anggota kehormatan korps pasukan pendarat TNI AL hadir dalam upacara yang dipimpin Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi. 




Menurut Lelana, Korps Marinir TNI AL memiliki sejumlah langkah antisipasi guna menangkal teror.





"Kami selalu berlatih menghadapi keadaan-keadaan teror yang sering berubah. Misalnya, jika teror itu terjadi di stadion olahraga, tempat-tempat ramai dan rawan, dan sebagainya. Ini operasi gabungan,” katanya. 




Terkait dengan akar masalah teror itu, dia mengatakan, "Itu meliputi banyak hal, namun berpulang pada ketidakadilan, kemiskinan, penindasan kaum, pemaksaan, pemiskinan, dan hal-hal seperti itu. Itu dulu selesaikan maka teror bisa dicegah."





Lelana mengatakan, Korps Marinir TNI AL juga selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan penyusupan paham radikalisme di antara personelnya. Para anggotanya saling mengingatkan jika ada sesuatu yang menyimpang dari kelaziman terjadi di antara mereka. 




Hal ini, katanya, sudah menjadi sejenis prosedur tetap pengamanan personel yang selalu ditegaskan di semua lapisan satuannya. 




"Misalnya, ada yang beda sendiri dalam kencenderungan berseragam, menyendiri dan anti sosial, sholat dengan cara berbeda, buku bacaannya radikal, dan sebagainya. Mereka ini kami ingatkan dan kami bimbing agar kembali ke lingkungan yang sesuai norma keprajuritan Korps Marinir TNI AL," kata dia. 




Teror dan jaringannya, ujarnya, sebetulnya bisa dicegah secara cukup efektif jika jaringan intelijen dan pelibatan masyarakat bisa maksimal. Informasi awal sering diperoleh dari masyarakat. 




Dari Paris, dilaporkan pada Minggu pagi, bahwa juru bicara Kejaksaan Paris, Agnes Thibault-Lecuivre, menyatakan, delapan ekstrimis tewas sesudah serbuan mereka itu, tujuh di antaranya pelaku bom bunuh diri.


Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015