Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Amerika Serikat pada Jumat (23/2) di Jakarta menandatangani perjanjian kerjasama sains dan teknologi di bidang teknologi pendeteksian dan sistem peringatan dini tsunami. Menurut keterangan pers yang disiarkan kedutaan besar AS di Jakarta, perjanjian itu ditandatangani oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Prof D. Janie dan Kuasa Usaha Kedubes AS, John Heffern. Perjanjian antara BPPT dan Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA/US National Oceania and Atmospher Adminstration) itu akan membantu BPPT untuk mengembangkan sistem peringatan dini tsunami di wilayah Indonesia, mencakup bantuan AS berupa dua sistem peralatan apung pendeteksi tsunami, sistem peramalan tsunami, pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam manyangkut hal tersebut. Disebutkan, sistem peringatan tsunami itu dapat membantu para pengelola tanggap darurat di wilayah yang berpotensi terkena tsunami untuk mempersiapkan berbagai kegiatan dan mendidik warga di wilayah tersebut untuk mengantisipasi fenomena alam tersebut. Menurut siaran pers itu, Departemen Luar Negeri AS telah menyediakan dana sebesar satu juta dolar AS untuk pengembangan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. "November silam, Presiden AS George W Bush dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan nota persepahaman (MoU) untuk pengembangan sistem peringatan berbagai bencana alam," ujar Hoffern, dan menambahkan, "Kemitraan yang disepakati ini merupakan salah satu prakarsa strategis pertama sebagai hasil dari perjanjian penting ini." Dalam perjanjian ini, katanya, Indonesia dan AS memiliki komitmen untuk pelatihan dan pembangunan kapasitas dalam teknologi pendeteksian tsunami dan akan memberikan kontribusi bersama bagi Sistem Peringatan Tsunami Samudra Hindia dengan menggunakan serta memelihara sistem NOAA DART sebagai sumbangan untuk kepentingan regional. Disebutkan pula, sistem pengawasan dan peringatan dini tsunami yang digunakan di bawah komitmen dengan pemerintah Thailand akan membantu memberikan peringatan tsunami dini untuk wilayah Samudra Hindia. NOAA mengembangkan sistem Deep-Ocean Assessment and Reporting of Tsunamis (DART) untuk mendeteksi tsunami, katanya dan menambahkan, NOAA juga sedang mengembangkan sebuah sistem yang mudah digunakan yan dapat dipasang di atas kapal berukuran kecil seperti kapal penangkap ikan. "Kami bekerjasama dengan Indonesia dalam mengadakan penelitian dan pengembangan untuk membangun kapasitas di belahan dunia tersebut," kata Richard W. Spinrad, asisten administrasi bagian Penelitian Atmosfer dan Kelautan (OAR) NOAA. Selain Indonesia, NOAA juga telah bekerjasama dengan negara-negara lain di Samudra Hindia untuk mendukung investasi strategis di IOTWS sejak tsunami melanda Aceh dan sekitarnya pada desember 2004. Diungkapkan, Komisi Oscanografi Antar pemerintah UNESCO menjadi ujung tombak dalam memfasilitasi pengembangan sistem peringatan tsunami yang dapat digunakan lintas negara di wilayah tersebut.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007