Pada suatu serangan epilepsi terjadi aktivitas atau cetusan listrik abnormal di otak dengan bentuk manifestasi berupa serangan-serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan-perubahan lainnya baik
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI) Irawaty Hawari mengatakan epilepsi yang merupakan salah satu penyakit neurologi menahun dapat terjadi pada semua orang tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras maupun status sosial-ekonomi.

"Pada suatu serangan epilepsi terjadi aktivitas atau cetusan listrik abnormal di otak dengan bentuk manifestasi berupa serangan-serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan-perubahan lainnya baik yang terasa atau terlihat," kata Irawaty di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut, dikatakannya dalam seminar media "Yes I Can: Saya Pasti Bisa! Saya Harus Bisa! Dukung Penyandang Epilepsi Agar Dapat Mengenali dan Mengembangkan Potensi Dirinya".

Ia menjelaskan bahwa gangguan listrik di otak tersebut dapat disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan, misalnya tumor otak, cedera kepala atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit.

Misalnya, kata dia, infeksi otak (meningitis dan encephalitis), gangguan pembuluh darah otak (stroke), cacat lahir, kelainan genetika serta sekitar 30 persen tidak diketahui penyebabnya.

"Sedangkan manifestasi serangan dapat berbeda-beda tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu," ucap Irawaty.

Pada 2015 lalu, the International Bureau for Epilepsy (IBE) dan the International League Againts Epilepsy (ILAE) mencanangkan Hari Epilepsi Internasional yang diperingati setiap harin Senin kedua di bulan Februari.

Peringatan ini dirayakan oleh lebih dari 120 negara di dunia setiap tahunnya dan bertujuan meningkatkan kepedulian terhadap penyakit epilepsi dan dampak psikosialnya.

Tema Hari Epilepsi pada tahun ini adalah "Kita Pasti Bisa, Kita Harus Bisa!" dan pada tahun ini juga diperkenalkan maskot Hari Epilepsi, yaitu seekor kuda laut bernama "Campi".

Sementara itu, berdasarkan data ILAE, angka kejadian epilepsi saat ini adalah sekitar 60 juta orang di mana di negara berkembang prevalensi epilepsi sekitar 3,5-10,7/1.000 orang dengan insiden rata-rata 24-53/100.000 orang pertahun.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016