Beijing, China (ANTARA News) - Angkatan laut Amerika Serikat berencana mengadakan pelayaran dekat kepulauan yang disengketakan di Laut China Selatan pada awal April, menurut sumber, Jumat, menjadi tantangan ketiga yang memicu teguran keras dari China.

Sejumlah pejabat Amerika Serikat lainnya, menyatakan bahwa kegiatan tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun mereka menjelaskan bahwa Washington akan terus menantang apa yang mereka sebut sebagai klaim maritim Beijing yang tidak berdasar.

Amerika Serikat telah melakukan apa yang mereka sebut dengan latihan "kebebasan bernavigasi" dalam beberapa bulan terakhir dengan berlayar di dekat kepulauan yang disengketakan untuk menggarisbawahi hak mereka untuk berlayar di lautan itu. Para pejabat Angkatan Laut Amerika Serikat telah mengatakan bahwa mereka berencana untuk melaksanakan lebih banyak latihan yang semakin kompleks ke depannya.

"Pendirian kami masih tetap dan tidak akan berubah, kami tidak mengambil posisi untuk ikut mengklaim kedaulatan dengan daratan yang terbentuk secara alami di sekitar Laut China Selatan," seorang pejabat senior pemerintahan Obama mengatakan pada Sabtu (Minggu WIB).

"Kami secara rutin melaksanakan operasi demikian di seluruh dunia untuk menantang sejumlah klaim maritim yang akan menghalangi hak dan kebebasan yang diberikan oleh hukum internasional. Ini juga berlaku untuk Laut China Selatan juga," ujar pejabat itu yang tidak ingin disebutkan namanya.

Kelompok penyerang Kapal Induk USS Stennis saat ini beroperasi di Laut China Selatan. Latihan kebebasan bernavigasi berikutnya diperkirakan tidak akan menggunakan kapal induk seperti Stennis, namun akan menggunakan kapal yang lebih kecil, sumber itu mengatakan.

Para pakar memperkirakan tantangan Amerika Serikat berikutnya terhadap sejumlah klaim di Laut China Selatan itu akan dilakukan di dekat formasi karang Mischief, sebuah wilayah yang diklaim oleh Filipina, wilayah yang terendam air pada saat pasang itu diubah menjadi sebuah pulau oleh China pada 2014.

Formasi karang Mischief saat ini menjadi tempat dimana satu dari tiga lapangan udara militer China ditempatkan, di antara kepulauan buatan di kepulauan Spratly.

Sejumlah kapal angkatan laut Amerika Serikat secara rutin melakukan patroli di Laut China Selatan, wilayah yang dilewati oleh kapal-kapal perdagangan senilai lima triliun dolar Amerika tiap tahunnya. China mengklaim sebagian besar wilayah itu begitu pula dengan Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Taiwan juga memiliki klaim serupa.

Dalam beberapa bulan terakhir, dengan meningkatnya ketegangan di sekitar kegiatan perubahan lahan China, sejumlah kapal Amerika Serikat seringkali dan rutin dibayang-bayangi oleh kapal-kapal China dan komunikasi dengan kapal China tersebut seringkali menegangkan.

Berita terkait rencana latihan itu datang setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sebuah konferensi nuklir yang diadakan di Washington.

Pada saat pertemuan itu, Xi mengatakan kepada Obama bahwa China tidak akan menerima setiap perilaku di balik kebebasan bernavigasi yang menyalahi kedaulatannya, yang menjadi sebuah peringatan yang jelas terhadap Amerika Serikat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei mengatakan kepada media Reuters pada Sabtu bahwa China menentang latihan apapun yang sejenis.

"China secara konsisten menghormati dan mendukung kebebasan bernavigasi dan penerbangan seluruh dunia di Laut China Selatan di bawah hukum internasional, namun menentang negara apapun yang menggunakan kebebasan bernavigasi sebagai alasan untuk merusak kedaulatan, keamanan dan hak-hak maritim China," Hong mengatakan.

(KR-MBR/G003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016