Revolusi mental itu salah satunya ya integritas. Integritas itu adalah kejujuran dan kejujuran itu berarti antikorupsi."
Semarang (ANTARA News) - Para istri pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diminta mendukung suami masing-masing untuk tidak melakukan berbagai praktik tindak pidana korupsi.

"Para istri diminta jangan lelah mengingatkan suaminya untuk tidak coba-coba melakukan tindak korupsi, ingatkan jika akibat korupsi tidak hanya merugikan diri sendiri, melainkan juga keluarganya," kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko di Semarang, Selasa.

Hal tersebut disampaikan Heru pada acara "Saya, Perempuan Antikorupsi" yang berlangsung di aula Gedung Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Tengah.

Menurut dia, sikap tegas antikorupsi dari para istri mampu mencegah suami untuk korupsi dan peran perempuan untuk melawan korupsi sangat efektif.

Kaum perempuan, kata dia, mempunyai kemampuan komunikasi dan membangun jaringan yang baik.

"Perempuan itu biasanya lebih luwes membangun jejaring pertemanan dibandingkan laki-laki dan ketika itu didayagunakan secara positif, virus antikorupsi bisa disebarkan dengan cepat, terus menerus, serta mampu masuk ke seluruh lapisan masyarakat," ujarnya.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Siti Atikoh Ganjar Pranowo menambahkan pemberantasan korupsi sangat erat kaitannya dengan revolusi mental sebab revolusi mental yang diinisiasi oleh Presiden RI pertama Soekarno tersebut merupakan gerakan untuk merubah karakter serta pemikiran bangsa Indonesia yang lebih baik.

"Revolusi mental itu salah satunya ya integritas. Integritas itu adalah kejujuran dan kejujuran itu berarti antikorupsi," katanya.

Atikoh berpendapat, revolusi mental harus dilakukan dari tingkat paling bawah, yakni rumah tangga sehingga peran para ibu dan perempuan sangat penting karena menjadi pendidik utama serta pertama bagi anak-anaknya.

Selain itu, dari segi komunitas perempuan lebih mudah menggerakan masyarakat karenanya perempuan digandeng oleh Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menjadi agen pencegahan korupsi.

"Untuk mencegah munculnya bibit-bibit korupsi, setiap keluarga harus menekankan budaya bersih dan malu bagi anggotanya. Budaya negatif seperti budaya permisif harus dihindari dengan mengubah pola asuh anak," ujarnya.

Pewarta: Wisnu Adhi N.
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016