Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) baru saja melakukan pergantian tampuk kepemimpinan dengan menunjuk Johannes Loman menggantikan Gunadi Sindhuwinata sebagai Ketua Umum.

Seturut Johannes, keputusan itu dihasilkan dari rapat pada 24 Februari 2017 lalu, namun formatur kepengurusan baru AISI baru akan dibentuk pada 24 Maret 2017.

Sebelumnya, Johannes menjabat sebagai Wakil Ketua I dalam struktur kepengurusan terakhir AISI.

Johannes, yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Eksekutif di agen tunggal pemegang merek sepeda motor Honda di Indonesia, PT Astra Honda Motor (AHM), tidak mencanangkan target muluk kecuali agar kelima perusahaan anggota AISI bisa menjalankan dan menumbuhkan bisnis mereka secara berkelanjutan.

Pasalnya, industri sepeda motor merupakan salah instrumen penting dalam perekonomian Indonesia mengingat banyaknya industri turunan yang terdampak.

"Karena dari mulai supplier atau vendor, perusahaan pembiayaan dan sebagainya, termasuk truk ekspedisi dan bengkel-bengkel di jalan itu dampaknya besar sekali," kata Johannes ditemui di sela-sela acara peluncuran model terbaru sepeda motor Honda di Jakarta, Jumat (17/3).

"Jadi, sebagai AISI saya berusaha untuk selalu membuat bagaimana anggota-anggota bisa tumbuh secara sustainable," kata Johannes.

Meski demikian, Johannes memprediksi pasar sepeda motor 2017 tidak akan mengalami pertumbuhan signifikan dibandingkan 2016 lalu yang berada di titik 5.931.285 unit.

Johannes melihat kondisi perekonomian saat ini terlihat belum mengalami banyak perubahan sehingga hal serupa juga dinilai akan berlaku pada pasar sepeda motor.

Bahkan, Johannes melihat berkembangnya transportasi berbasis aplikasi yang di antaranya mendorong penggunaan sepeda motor tidak akan menimbulkan lonjakan besar terhadap pasar kendaraan roda dua.

"Kondisi ekonomi yang ada memang kelihatan belum banyak mengalami perubahan, tetapi memang sudah banyak harga komoditi yang bergerak naik. Nah memang harapannya (volume pasar sepeda motor) minimal sama dengan tahun lalu," kata Johannes.


Tantangan industri sepeda motor

Turunnya pasar sepeda motor di Indonesia dari tahun ke tahun sejak menyentuh titik puncak pada 2014 silam di angka 7.867.285 unit menurut Johannes menjadi tantangan utama bagi dirinya sebagai Ketum AISI yang baru.

Lantaran penurunan tersebut harus bisa direspon dengan peningkatan kreativitas yang bukan saja demi mempertahankan dan meningkatkan volume pasar jika kondisi ekonomi mendukung, tetapi juga menjadikan industri sepeda motor tetap berkelanjutan.

"Kalau saya lihat tantangan dengan pasar yang turun beberapa tahun ini kami harus lebih kreatif untuk bisa menjaga pasar dan harapan saya dengan pertumbuhan ekonomi yang baik akan meningkatkan penjualan," kata Johannes.

"Penting bagaimana kami mengharapkan anggota melakukan kreativitas tinggi dalam hal meluncurkan produk-produk baru, menjaga pertumbuhan dan tetap menyediakan lapangan pekerjaan," tambahnya.

Guna menghadapi tantangan tersebut, Johannes meyakini para anggota AISI memiliki strategi masing-masing yang berbeda dan di sisi lain meski memimpin asosiasi ia tak bisa menyeragamkan strategi yang ditempuh para anggotanya.

"Jadi kami tidak bisa menyeragamkan. Berkompetisi juga di segmen yang berbeda-beda, jadi yang pasti kami harus menciptakan suatu industri yang sehat," kata Johannes.

Industri yang sehat, tidak hanya merujuk pada pasar sepeda motor, tetapi juga industri terkait seperti perusahaan pembiayaan.

Lebih lanjut, Johannes meyakini aktivitas ekspor para anggota AISI akan meningkat pada 2017.

"Saya pikir bisa dua kali lipat dari tahun lalu," katanya.

Baca juga: (AISI pertanyakan korelasi barbuk kasus kartel Yamaha-Honda)

Baca juga: (Ketua AISI yakin masyarakat cerdas tanggapi putusan KPPU terhadap Yamaha-Honda)


Tenaga listrik

Johannes juga sempat berbagi pandangannya mengenai peluang pengembangan sepeda motor bertenaga listrik di Indonesia, yang dinilainya masih menemui tiga kelemahan utama yakni teknologi yang masih mahal, jarak tempuh yang belum panjang dan kesesuaian kebutuhan pengisian daya.

Meski demikian Johannes meyakini ke depannya teknologi tersebut akan bisa ditemukan yang kemudian secara berangsur-angsur membuat harga sepeda motor bertenaga listrik lebih kompetitif.

"Teknologinya bisa cepat, bisa lama. Kita lihat saat ini saja ada mobil listrik yang juga bermacam-macam," kata Johannes.

Sebab, lanjut Johannes, jika sepeda motor bertenaga listrik besaran tenaganya setara dengan motor berbahan bakar minyak seperti sekarang yang terjadi adalah rentang harganya 2-3 kali lipat lebih mahal.

Akan tetapi, jika ditemukan solusi untuk menekan jasa listrik, maka harganya bisa lebih kompetitif.

Di sisi lain, menurut Johannes ia bersama para pelaku industri sepeda motor lainnya tengah menjalin komunikasi dengan Kementerian Perhubungan terkait rumusan regulasi yang diperlukan dalam rangka pengembangan sepeda motor listrik.

"Misalnya, sepeda motor listrik itu kan enggak bersuara kalau bareng-bareng di jalan bagaimana. Kemudian sepeda listrik kan diperbolehkan tidak pakai helm, harus diatur supaya pakai helm. Lalu bagaimana tentang SIM (surat izin mengemudi) yang diperlukan?" tutur Johannes.

Dengan semua tantangan tersebut, Johannes memperkirakan baru lima tahun lagi sepeda motor listrik akan mulai bermunculan dalam jumlah masif di Indonesia.

"Intinya sepeda motor listrik baru akan menjadi besar kalau harganya sama dengan sepeda motor konvensional, tenaganya sama, jarak tempuhnya sama, itu akan besar. Nah kita tunggu teknologi itu," tutup Johannes.

Oleh
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017