Beijing (ANTARA News) - Pesawat penumpang buatan China, C919, berhasil terbang perdana, Jumat sore, sehingga menjadikan negara tersebut sebagai negara keempat yang memproduksi jet berbadan lebar setelah Amerika Serikat, Rusia, dan Eropa Barat.

Penerbangan perdana itu juga menandai pencapaian Commercial Aircraft Corporation of China (Comac), perusahaan kedirgantaraan berpusat di Shanghai, yang memproduksi C919.

Pesawat bermesin ganda itu bertolak dari Bandar Udara Internasional Pudong, Shanghai, dengan membawa lima awak tanpa penumpang, demikian laporan media resmi pemerintah China.

Pesawat tersebut tinggal landas sekitar pukul 14.00 waktu setempat (13.00 WIB). Penerbangan selama 80 menit itu mendapatkan sambutan meriah lebih dari 1.000 penonton di landasan, termasuk Wakil Perdana Menteri China Ma Kai dan Ketua Partai Komunis Shanghai Han Zheng.

Huruf C dalam C919 itu melambangkan China dan Comac, sedangkan 9 berarti selamanya dalam budaya China dan 19 mewakili kapasitas tempat duduk dalam pesawat tersebut sebanyak 190.

"Penerbangan perdana ini sangat menarik," kata Wu Guanghui selaku kepala tim perancang C919.

Menurut dia, kehadiran pesawat tersebut sebagai terobosan terbesar dalam sejarah kedirgantaraan di China, sekaligus awal kebangkitan industri kedirgantaraan di negara berpenduduk terbesar di dunia itu.

Dengan daya jelajah 4.075 kilometer, jet berbodi ramping yang dapat diperbandingkan dengan Airbus 320 terbaru dan Boeing 737 generasi terbaru, itu memberi sinyal bahwa China telah memasuki pasar kedirgantaraan global.

China mulai mengembangkan pesawat jet berbadan lebar pada era 1970-an dan salah satunya, Y-10, telah berhasil mengudara pada 1980. Namun, belakangan proyek tersebut dihentikan.

Pada 2007, pemerintah China menyetujui rencana pengembangan jet penumpang berbadan lebar. Pada 2015, awal dimulainya perancangan C919.

Pesawat tersebut pada bulan April lalu mulai melakukan serangkaian uji coba di landasan sebagai tahap akhir sebelum terbang perdana. Lebih dari 200 ribu teknisi mengerjakan proyek tersebut.

Pesawat jet tersebut dirancang dan diproduksi di China dengan menggunakan beberapa tenaga dari belahan dunia. Hal ini merupakan pencapaian kerja sama global, demikian kata Wu.

C919 melibatkan beberapa pihak dari 30 perusahaan pemasok global, seperti Honeywell International Inc. Mesin pesawat tersebut dirancang bersama antara General Electric dan Safran Aircraft Engines.

Sementara itu menurut pengamat penerbangan AS, pesawat buatan China itu bukan menjadi ancaman bagi perusahaan kedirgantaraan Barat, seperti Airbus dan Boeing.

"Pemerintah China tidak ingin tergantung dan ingin mencukupi semua kebutuhannya sendiri dalam industri penerbangan," ujar Douglas Royce, pengamat penerbangan Forecast International, perusahaan riset pasar penerbangan.

Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017