Jakarta (ANTARA News) - KJRI Karachi ingin meningkatkan penetrasi teh Indonesia ke Pakistan, salah satu upayanya adalah lewat promosi yang baru dilakukan di Ocean Mall, Karachi, Pakistan, Sabtu (13/5).

Indonesia mempromosikan teh kayu aro dan teh rollas berbentuk bubuk atau kantung, juga camilan seperti dadar gulung, risoles, pastel, onde-onde dan wajik.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik RI dan UN Comtrade, ekspor teh Indonesia dalam tiga tahun terakhir menurun. Pada 2014, nilai ekspor teh Indonesia senilai 134 juta dolar AS, tahun lalu 126 juta dolar AS dan tahun lalu 113 juta dolar AS.

Lima negara tujuan utama ekspor teh Indonesia adalah Rusia, Malaysia, Pakistan, Australia dan Jerman.

Konsul Jenderal RI di Karachi Dempo Awang Yuddie  mengatakan penurunan itu juga terjadi pada ekspor teh Indonesia ke Pakistan. Pada 2015, nilai ekspor bernilai 12,4 juta dolar AS, tahun lalu turun menjadi 9,4 juta dolar AS.

“Untuk itu promosi ini dilakukan untuk meningkatkan awareness konsumen dan importir melalui pembuatan chai dengan teh Indonesia”, ungkap Dempo dalam siaran pers yang diterima ANTARA, Minggu.

Indonesia bukan satu-satunya pemasok teh ke Pakistan. Indonesia berada di urutan ke-9 sebagai eksportir teh di bawah Kenya, Rwanda, India, Burundi, Sri Lanka, Tanzania, Vietnam dan Uganda.

Produk teh impor dan lokal banyak dijumpai di Pakistan karena tingginya konsumsi teh di sana. 

Salah satu kebiasaan setempat adalah mengonsumsi teh hitam dengan campuran susu sterilisasi (sebutan lokal chai) yang dinikmati setidaknya tiga kali sehari, yakni pagi, siang dan sore.

Pakistan yang berpenduduk 200 juta orang tidak bisa memenuhi kebutuhan teh dari produksi dalam negeri karena lahan untuk menanam teh terbatas akibat faktor geografis dan kontur tanahnya.

Selain itu, petani lokal menganggap teh kurang menguntungkan dibanding gandum yang masa panennya lebih singkat.

Ini membuat negara produsen teh berlomba menjadi pemasok kebutuhan teh di Pakistan.

Berdasarkan data statistik perdagangan Pakistan, impor teh Pakistan mencapai 328 juta dolar AS pada 2014.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017