Beda dengan balsem jahe dengan balsem lain ialah, balsem ini tidak membuat lengket dan mempunyai wangi yang khas. Selain itu bahan jahe bisa didapatkan dengan mudah. Minyak zaitun juga mudah didapatkan
Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) Esti Rahayu mengolah jahe untuk dijadikan balsem yang berkhasiat menghilangkan rasa nyeri atau rematik pada tubuh.

Ditemui di kampus setempat, Jumat, Esti menjelaskan penelitiannya ini sebelumnya hanya untuk pengajuan skripsi. Dalam penelitiannya, ia menemukan banyak warga yang menderita rematik disebabkan oleh pola makan dan aktivitas.

Sementara untuk orang lanjut usia (lansia) penyakit rematik disebabkan oleh sendi mereka yang menjadi lebih pendek karena faktor usia.

"Jahe mengandung anti inflamasi atau anti nyeri yang berkhasiat untuk menghilangkan rematik. Selain itu jahe juga bermanfaat untuk menghaluskan kulit jadi sangat cocok untuk dijadikan balsem," kata dia.

Esti menjelaskan, proses pembuatan balsem dari jahe ini sangat sederhana. Jahe dikupas terlebih dahulu, lalu diparut, diperas, dan diekstrak menjadi minyak jahe. Jahe lalu ditambah bahan lain seperti vaselin, mentol, papermint, stearic acid dan minyak zaitun. Bahan itu dipanaskan sampai meleleh dan tercampur.

"Setelah proses itu, tunggu selama dua hari agar jahe menjadi balsem," ucap Esti.

Kesulitan yang ia alami saat membuat balsem ini adalah pada saat mengekstrak jahe. Untuk dapat mengekstrak jahe dibutuhkan waktu cukup lama agar jahe menjadi endapan dan menjadi minyak jahe.

"Beda dengan balsem jahe dengan balsem lain ialah, balsem ini tidak membuat lengket dan mempunyai wangi yang khas. Selain itu bahan jahe bisa didapatkan dengan mudah. Minyak zaitun juga mudah didapatkan," ujarnya.

Esti berharap ke depan dirinya bisa memproduksi dan memasarkan balsem buatannya ini.

Dosen penguji Esti, Dede Nasrullah mengatakan balsem buatan mahasiswanya itu pada saat riset dibuktikan bahwa ada penurunan skala nyeri pada lansia. Yang sebelumnya skala numerik 10, pada uji coba berada pada skala lima dan menurun menjadi skala tiga. Ada fase nyeri yang berkurang.

"Kalau kekurangan, belum diuji coba di laboratorium, namun pada saat proses di lansia terdapat penurunan skala nyeri. Kalau digunakan sendiri tidak lengket seperti balsem, malah ada wewangian sehingga bisa mengadaptasi penurunan nyeri pada lansia," kata Dede.

Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017