Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan nilai investasi yang ditawarkan dalam Asia Europe Meeting Transport Ministers Meeting" (ASEM TMM) selama tiga hari, 26-28 September 2017, bisa mencapai Rp50 triliun.

"Untuk semua proyek yang kita tawarkan setidaknya bisa sampai Rp50 triliun, cuma untuk tahap awal Rp20 triliun," katanya saat konferensi pers ASEM TMM di Denpasar, Selasa.

Terdapat 12 proyek yang yang akan ditawarkan dalam pertemuan bilateral dengan sembilan negara Asia dan Eropa, di antaranya Jepang, RRT, Polandia, Hongaria, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

Proyek yang ditawarkan adalah Makassar New Port, Product terminal 1 dan 2 Pelabuhan Kalibaru, Pelabuhan Kijing, Pelabuhan Sorong (Papua Barat), Kanal Cikarang-Bekasi-Laut (CBL), Pelabuhan Tanjung Carat, Bandara Kualanamu, Bandara Internasional Lombok, Kereta Api Makassar-ParePare, Light Rapid Transit (LRT) Bandung, dan Trem Surabaya.

Namun, dia mengatakan saat ini dua proyek utama, di antaranya Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bandara Kualanamu.

"Kuala Tanjung itu Tahap satu sudah selesai dari uang kita sendiri, Tahap dua belum kita harap keuangannya dari investor kemarin kita banyak ketemu. Yang kedua ini Bandara Kualanamu, BUMN dan swasta harus siap," tuturnya.

Budi mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan portofolio terkait proyek-proyek tersebut agak bisa dipelajari secara detil oleh para calon investor.

Selain itu, pada operator baik BUMN ataupun swasta disiapkan dalam penawaran investasi tersebut berikut pendampingan konsultan keuangan, di antara Sarana Multi Infrastruktur, Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas dan Danareksa.

"Produk-produk yang ditampilkan jelas, kita juga mau menunjukan kepada mereka bahwa Indonesia juga tidak kalah kompetitif dari negara lain," katanya.

Dalam sambutannya, Budi juga memaparkan program Tol Laut di depan 251 delegasi "Transport Senior Official Meeting" (TSOM) yang berasal dari Negara-negara Asia dan Eropa.

"Wujud sinergi konektivitas transportasi laut dapat dilakukan melalui penguatan sektor maritim dengan program tol laut. Program tol laut merupakan sistem distribusi logistik yang tujuan utamanya adalah mengurangi disparitas harga di Kawasan Timur," ujarnya.

Lebih lanjut Menhub menyampaikan program Tol Laut mengharapkan program ini dapat dijadikan contoh untuk meningkatkan dan memperkuat konektivitas di Negara-negara yang tergabung dalam Asia - Europe Meeting (ASEM).

Menurut Menhub, hal ini sejalan dengan tema yang diusung yaitu dalam pertemuan ASEM ke-4, yaitu "Menjembatani Asia dan Eropa Melalui Konektivitas Transportasi Terpadu dan Sinergi Rencana Strategis Regional.

Di samping memaparkan program tol laut, Menhub minta agar TSOM mematangkan pembahasan Deklarasi Bali yang akan ditetapkan dalam pertemuan tingkat Menteri pada tanggal 27 September 2017.

"Saya minta agar TSOM mematangkan naskah Bali Deklarasi yang akan ditetapkan pada pertemuan tingkat Menteri besok," ucapnya.

Bali Deklarasi adalah "output" dari pertemuan ASEM - TMM yang diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi Negara-negara anggota dalam membahas program-program yang akan dilaksanakan secara bersama-sama.

Secara garis besar, Bali Deklarasi memuat butir-butir sebagai berikut, menekankan pada konektivitas untuk semua dimensi; ASEM sebagai wadah strategis untuk meningkatkan kerja sama Negara Asia dan Eropa;

Meningkatkan partisipasi swasta/lembaga keuangan dalam melakukan investasi di sektor transportasi; mewujudkan pengembangan transportasi berkelanjutan melalui penggunaan teknologi yang lebih efektif dan efisien; mendorong kerja sama yang lebih kuat dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh Negara anggota ASEM (Negara kepulauan/Negara dengan mayoritas wilayah lautan dan Negara dengan mayoritas wilayah daratan termasuk wilayah terpencil).

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017