Jakarta (ANTARA News) - Pesawat tanpa awak atau drone dari tim Universitas Gadjah Mada (UGM), Buffalo FX79, berhasil memetakan kawah Gunung Agung dari ketinggian lebih dari 4.000 meter pada Kamis.

"Drone ini merupakan rakitan dosen dan mahasiswa Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, UGM," ujar Dosen Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, Ruli Andaru ST MEng, kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Keberhasilan pemetaan kawah Gunung Agung tersebut merupakan hasil percobaan keempat, setelah tiga percobaan sebelumnya dianggap tidak sempunya lantaran gagal mencapai ketinggian yang diharapkan.

Pada percobaan keempat dilakukan perubahan lokasi dan memilih kondisi yang tepat, sehingga drone berhasil mengambil 400 foto.

Hasil pemetaan tim UGM secara fotogrametris --pemetaan melalui foto udara-- ini akan menjadi yang paling mutakhir dan diharapkan sangat bermanfaat untuk mengetahui dinamika Gunung Agung secara geospasial, mengingat data tersebut masih terbatas ketersediannnya.

Dengan data yang ada, juga dilakukan pemodelan tiga dimensi oleh Laboratorium Fotogrametri dan Penginderaan Jauh Teknik Geodesi UGM sehingga didapatkan replika Gunung Agung yang cukup akurat dari berbagai sisi. Selanjutnya, model ini bisa digunakan untuk melakukan mitigasi jika erupsi memang terjadi.

Pemetaan yang paling akurat tentu saja dengan melakukan pengukuran langsung terhadap Gunung Agung tetapi pada situasi saat ini, hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Selain waktunya lama, biayanya juga pasti sangat inggi.

Sebaliknya, penggunaan drone untuk pemetaan fotogrametri menjadi alternatif yang ideal saat ini guna menghasilkan gambaran Gunung Agung yang akurat dalam waktu yang sangat singkat. 

Dengan metode tertentu, foto udara selanjutnya diolah sehingga menghasilkan informasi turunan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.


Kawah meluas

Foto yang dihasilkan tim UGM ini bisa dibandingkan dengan data yang diambil sebelumnya dengan metode yang sama atau berbeda. Dengan membandingkannya dengan citra satelit Planet Scope yang diambil seminggu sebelumnya, nampak bahwa kawah Gunung Agung kini lebih luas.

"Ini menunjukkan adanya deformasi yang cukup signifikan. Jika sebelumnya dari citra satelit Planet Scope, rekahan kawah hanya terdapat disisi timur di dalam kawah, foto drone tim UGM menunjukkan bahwa rekahan kawah sudah terjadi di sisi barat dan timur di dalam kawah,"jelas dia.

Rekahan di sisi timur makin panjang dan lebar. Ahli gunung api juga bisa melakukan analisa terhadap keberadaan asap solfatara yang keluar dari rekahan tersebut yang tentu berguna untuk prediksi selanjutnya.

Data yang didapatkan tim UGM ini memang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan tentunya memerlukan kemampuan interpretasi berbagai ahli berbeda.

Dekan Fakultas Teknik UGM, Nizam, mengatakan UGM berkomitmen membantu masyarakat melalui penelitian dan juga pengabdiannya.

"Alhamdulillah FT UGM selalu berkomitmen utk membantu masyarakat dalam penanggulangan bencana alam. Baik melalui hasil-hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat,"kata Nizam.

Nizam mengatakan berharap hasil pemetaan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan perlindungan masyarakat dari bencana.

Pewarta: Indriani
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017