... 125 tahun kemudian kita memiliki seorang perdana menteri yang akan melahirkan di kantor...
Wellington (ANTARA News) - Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengumumkan, ia mengandung anak pertamanya, seraya meminta dukungan dari kelompok hak asasi perempuan dan aktivis buruh saat dia menyatakan "Saya akan menjadi perdana menteri dan seorang ibu".

Ardern mengatakan, dia berencana tetap bekerja sampai akhir kehamilannya pada Juni dan mengambil cuti selama enam minggu, selama waktu itu Wakil Perdana Menteri Selandia Baru, Winston Peters, akan menjalankan pemerintahan negara kepulauan itu.

Saat berbicara kepada wartawan di luar rumahnya di Auckland, Ardern mengatakan, suaminya, Clarke Gayford, akan merawat "kejutan" tambahan itu secara penuh dan seluruh keluarga akan bepergian bersama jika diperlukan.

"Saya bukan wanita pertama yang bekerja dan punya bayi. Saya tahu ini keadaan khusus tapi ada banyak wanita yang telah melakukannya dengan baik sebelum saya," katanya.

Kehamilan politisi berusia 37 tahun itu adalah satu dari sedikit contoh pemimpin yang memegang jabatan kepemimpinannya saat hamil dan yang pertama dalam sejarah Selandia Baru. Benazir Bhutto di Pakistan melahirkan saat dia menjadi perdana menteri pada 1990.

Ardern, yang mulai berkuasa melalui kesepakatan koalisi setelah pemilihan yang diperjuangkan ketat tahun lalu, telah memegang kekuasaan sebagai perdana menteri termuda Selandia Baru dalam lebih dari satu abad, dan menjadi pemimpin wanita ketiga.

Naiknya Ardern sebagai pemegang kekuasaan telah membangkitkan minat yang kuat dalam kehidupan pribadinya dan melakukan perbandingan dengan pemimpin muda lain, di antaranya Emmanuel Macron dari Prancis dan Justin Trudeau dari Kanada.

Ardern cepat meyakinkan publik bahwa dia hanya akan beristirahat enam minggu, selama waktu itu dia masih dapat dihubungi, sehingga negara tersebut akan berjalan seperti biasa.

Periode cuti yang singkat tersebut kontras dengan kebijakan cuti partainya, dengan koalisi yang dipimpin Partai Buruh, cuti diperpanjang yakni dari 18 minggu menjadi 22 minggu di salah satu perubahan legislatif pertamanya. Dan akan meningkat lagi menjadi 26 minggu pada 2020.

Ardern mengakui bahwa dia "beruntung" pasangannya, presenter televisi yang terkenal, bisa beristirahat dan bepergian bersamanya sementara suaminya merawat bayi secara penuh.

Dia tidak memiliki rencana untuk berhenti bekerja sampai Juni dan akan terbang ke London pada April untuk menghadiri pertemuan pemimpin Persemakmuran.

Kelompok advokasi dan politisi dari seluruh spektrum politik dengan cepat menawarkan dukungan.

"Ini benar-benar menginspirasi, karena apa yang dialami perdana menteri kami adalah tanda besar seberapa jauh kita telah memasuki hak industri perempuan di Selandia Baru," kata Presiden Dewan Perdagangan Serikat Selandia Baru, Richard Wagstaff, dalam pernyataan email kepada Reuters.

Selandia Baru telah lama memiliki reputasi progresif, menjadi negara pertama yang memberi perempuan hak untuk memilih pada tahun 1893.

"Ini adalah waktu yang menakjubkan,125 tahun kemudian kita memiliki seorang perdana menteri yang akan melahirkan di kantor," kata Menteri Perempuan Selandia Baru, Julie Anne Genter.

Ardern mengungkapkan bahwa dia telah secara tidak terduga mengetahui dia hamil pada 13 Oktober, hanya enam hari sebelum dia didorong ke pekerjaan puncak negara itu ketika pemimpin Partai Pertama Selandia Baru, Peters mengumumkan dia berpihak kepada Partai Buruh dalam perundingan pasca pemilihan.

Ketika ditanya oleh seorang reporter bagaimana dia bisa menggabungkan pemerintah sambil menderita mual-mual kehamilan, dia menjawab, “Itulah yang dilakukan perempuan“. Demikian diberitakan Reuters.

Penerjemah: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018