Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Sukarnoputri merayakan ulang tahun ke-71 dengan pertunjukkan teater berjudul "Satyam Eva Jayate" di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Selasa.

"Acara ini saya ambil dengan judul `Satyam Eva Jayate` yaitu peristiwa abad ke-13, tepatnya tahun 1296 ketika seorang Raden Wijaya.. sudah sampai situ saja nanti mudah-mudahan akan mencari apa toh maksudnya karena tentu tidak akan tahu, nanti setelah mengetahui jalan ceritanya," kata Megawati saat memberikan sambutan di Teater Besar, TIM, Jakarta, Selasa.

Hadir dalam pertunjukkan tersebut Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan wakil presiden Try Sutrisno, Budiono, para menteri Kabinet Kerja, para kepala daerah dan fungsionaris PDI-Perjuangan.

"Alhamdulilah dengan bantuan teman-teman, walau dengan berat hati tidak bisa semua bisa diundang. Mohon maaf sebesar-besarnya karena yang meminta undangan kalau saya yang membuat acara pasti terjual habis tiketnya karena di sini ada Pak Jokowi, Pak Kalla, para menteri," tambah Megawati.

Megawati pada 2017 diketahui juga membuat pertunjukkan serupa untuk perayaan ulang tahunnya.

"Memang setahun yang lalu saya mengadakan haul seperti ini, jadi ketika ini pun akan saya coba rayakan kembali. Anak saya bungsu yang kebetulan menjadi Menko PMK Mbak Puan mengatakan `sudah tidak usah lah mah ini kan tahun politik`. Loh kalau (ulang tahun) 17 kan tidak ada lagi, nah saya kan mau ke-2 kalinya ulang tahun ke-17, lalu dibilang `oh ya boleh lah` jadi hari ini kita sama-sama merayakan ultah saya ke-17 lagi," ungkap Megawati yang mengundang tawa para penonton.

Megawati mengaku saat menjabat sebagai Presiden ke-5 ia sedang membangun gedung teater yang dapat memuat sekitar 3.500 orang.

"Semua sudah siap hanya pada saat itu saya berhenti tidak jadi presiden lagi sampai saat ini Indonesia yang begitu kaya budaya, kaya tradisi, sangat miskin untuk punya tempat yang representatif," ungkap Megawati.

Lakon Satyam Eva Jayate mengangkat tema tentang perjuangan menegakkan kebenaran di tengah bermacam kegilaan yang terjadi di tengah masyarakat yang korup.

Cerita itu mengenai persaingan 2 tokoh besar (politikus) yang bersaing memperebutkan puncak kekuasaan. Beragam cara dilakukan agar memenangi persaingan. Fitnah dan intrik membuat masyrakat terbelah

Situasi itu membuat seorang pemimpin di sebuah kerajaan kemudian tersingkirkan, bahkan dibuang ke hutan.

Mengambil pola alur Ramayana, saat Rama dibuang ke dalam hutan maka pembuangan sang pemimpin itu justru menjadi proses pencarian nilai dan spiritual.

Hingga sang tokoh tercerahkan dan menemukan kesadaran bahwa puncak kekuasaan sesungguhnya bukan pengusaan dan kekuatan politik tapi kebijakan yang berakar dari semangat mensejahterakan rakyat. Akhirnya kebenaran lah yang menang.

Sutradara dan penulis naskah adalah Agus Noor, sedangkan penata musik dan penata tari adalah Djaduk Ferianto, adapun penata artistik adalah Ong Hari Wahyu. Sementara para pemain antara lain adalah Butet Kertaredjasa, Sujiwo Tejo, Happy Salma, Soimah, Sruti Respati, Cak Lontong, Akbar, Inayah Wahid, Luluk Sumiarso, Susilo Nugroho, Marwoto dan lainnya.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018