Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Nila Moeloek memastikan penanganan kasus kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk berjalan sesuai kebutuhan dan bersifat kolaboratif bersama kementerian serta lembaga terkait lainnya.

"Kami kerja sama dengan TNI, Polri, dan Kementerian Sosial secara terpadu. Kami membuat program dengan durasi setiap sepuluh hari. Sepuluh hari pertama ini sudah selesai, dilakukan beberapa kegiatan sampai tiga kali, sampai satu bulan," kata Menkes di Jakarta, Senin.

Menkes Nila telah berkunjung ke RSUD Agats Kabupaten Asmat, Papua dalam rangka penguatan manajemen rumah sakita.

Menkes menyampaikan pesan lain berkaitan dengan sistem kewaspadaan dini dan respon yang harus diambil oleh tim di daerah. Nila juga menyampaikan berbagai sarana yang disiapkan oleh pemerintah pusat sebagai bentuk kolaborasi penanganan permasalahan kesehatan.

Sejak September 2017 hingga 28 Januari 2018, tim kesehatan terpadu telah memeriksa 12.841 anak di 23 distrik di Kabupaten Asmat.

Dari pemeriksaan kesehatan tersebut ditemukan 646 anak terkena campak, 218 anak berstatus gizi buruk, dan 11 anak mengalami campak dan gizi buruk. Selain itu, ditemukan 25 anak yang dirawat karena diduga memiliki gejala campak.

Data di Posko Induk Penanggulangan KLB Asmat di Agats secara rinci mencatat 37 anak meninggal akibat campak di distrik Pulau Tiga, 8 kematian akibat campak di distrik Aswi, 4 kematian akibat campak di distrik Akat, 15 anak meninggal dengan rincian satu orang gizi buruk dan 14 campak di Distrik Fayit; dan 4 kematian akibat gizi buruk dan 3 kematian karena campak dilaporkan oleh RSUD Agats.

Data per 28 Januari 2017 menyebutkan KLB campak dan gizi buruk mengakibatkan 71 kasus kematian dengan 66 kematian akibat campak dan 5 kematian karena gizi buruk.

Pada pertengahan Januari 2018, Kemenkes telah mengirimkan tim "Flying Health Care" (FHC) gelombang pertama sebanyak 39 tenaga kesehatan, yang terdiri dari 11 orang dokter spesialis, 4 orang dokter umum, 3 perawat, 2 penata anestesi dan 19 tenaga kesehatan yang terdiri dari ahli gizi, kesehatan lingkungan dan surveilens.

Pada 26 Januari, Kemenkes juga sudah menerjunkan FHC gelombang kedua dengan sebanyak 36 tenaga kesehatan yang akan bertugas hingga awal Februari mendatang. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari 11 dokter spesialis, 4 dokter umum, dan 21 tenaga kesehatan lainnya.

 Secara keseluruhan Kemenkes telah mempersiapkan sebanyak sembilan gelombang FHC yang akan berlangsung selama tiga bulan.

Hingga saat ini 1,2 ton obat telah didistribusikan untuk pengendalian KLB gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat. Kemenkes juga telah mengirimkan 142,2 kg obat.

Obat dikirim melalui Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, menuju Agats, Kabupaten Asmat, kemudian didistribusikan ke Distrik Sawa Erma, Kolof Brasa, dan Pulau Tiga menggunakan kapal cepat.


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018