Ambon (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa lembaga penelitian kelautan di Australia guna meningkatkan pengelolaan Konsorsium Riset Samudera.

Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam (PPLD) LIPI Augy Syahailatua di Ambon, Kamis, membenarkan adanya upaya penjajakan kerjasama dengan beberapa lembaga riset kelautan di Australia.

Beberapa lembaga riset yang dijajaki, antara lain Sydney Institute of Marine Science (SIMS) dan Integrated Marine Observing System (IMOS).

"Kami sedang menjajaki kerjasama dengan Australia terkait pengelolaan Konsorsium Riset Samudera. Seminggu lalu saya ke sana untuk mempersiapkan kunjungan Kepala LIPI dan Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) LIPI ke beberapa institusi, setelah Maret nanti," katanya.

SIMS merupakan lembaga baru di Australia, di dalamnya terdapat enam hingga tujuh universitas dengan fokus riset kelautan di sekitar pantai timur Australia.

Kunjungan LIPI ke sana, kata Augy, untuk mempelajari manajemen kelembagaan, kolaborasi penelitian antar universitas, dan kontribusi mereka di SIMS.

Sedangkan untuk IMOS, LIPI ingin mengetahui bagaimana lembaga tersebut mengintegrasikan semua data penelitian kelautan yang dilakukan oleh berbagai institusi di negaranya.

Karena Indonesia, kata dia, juga memiliki banyak data penelitian kelautan, tapi tidak terintegrasi dalam satu sistem, melainkan tersebar di berbagai institusi yang melakukan kegiatan penelitian.

"Mengelola konsorsium agak berbeda karena ada banyak lembaga di dalamnya. Di sana nanti, kami juga akan mempelajari bagaimana mengintegrasikan data-data penelitian kelautan di Indonesia," ujarnya.

Menurut Augy, kerja sama dengan lembaga riset di Australia, tidak hanya untuk meningkatkan pengelolaan Konsorsium Riset Samudera, tetapi juga mendorong lebih banyak riset kelautan di Samudera Hindia dan Pasifik.

Parena itu, dalam kunjungan ke Australia, LIPI juga akan melihat-lihat kapal riset terbaru Australia, Investigator yang panjangnya mencapai 100 meter dan dilengkapi teknologi paling mutakhir.

"Selama ini kita lebih banyak bekerja di laut teritorial, rencananya ke depan kita harus yang lebih intensif melakukan penelitian di perbatasan negara, terutama Samudera Hindia dan Pasifik," kata Augy.

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018