Bantul (ANTARA News) - Industri kerajinan wayang kulit Dusun Pucung, Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala regenerasi perajin untuk mempertahankan dan menumbuhkan usaha sektor industri kreatif tersebut.

"Yang menjadi kendala bagi perkembangan industri wayang ini adalah terkait dengan regenerasi, karena saat ini susah dan sulit bagi generasi muda untuk tertarik," kata Ketua Paguyuban Perajin Wayang Desa Wukirsari Suyono di Bantul, Kamis.

Menurut dia, sulitnya regenerasi perajin wayang kulit ini karena selain perkembangan teknologi juga proses membuat kerajinan wayang kulit menyerupai tokoh dalam pewayangan itu butuh ketelitian dan kesabaran.

"Tentu kami selalu ingin menyampaikan kondisi persis di lapangan ke pemerintah maupun pihak terkait, dan tidak ada lain kita mengharapkan dorong dari pemerintah melalui fasilitasi dan seterusnya," katanya.

Ia mengatakan, secara umum kondisi remaja dan anak muda di wilayah Desa Wukirsari saat ini enggan menggeluti usaha membuat kerajinan wayang, bahkan terkesan menjauh, namun hal itu diakui karena mereka belum mengenal betul apa itu wayang.

"Maka kami harap mungkin Pemkab Bantul ada kebijakan mewajibkan anak-anak SD mengunjungi sentra wayang biar tahu wayang sepert ini, tokohnya seperti ini, kalau dari SD sudah kenal tentu akan mulai bangkit bisa memberikan sesuatu ke depan," katanya.

Suyono mengatakan, sebab kalau sudah memahami proses membuat kerajinan wayang dan pengetahuan wayang yang menjadi warisan budaya, maka mereka tidak akan kesulitan, asalkan dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk kelestarian budaya.

"Saya pikir kalau dikatakan sulit, itu tidak, tapi bisa juga sulit, tapi saya yakin kalau warga sini tidak sulit, cuma kemauan saja yang belum bisa berikan suatu dorongan, apalagi membuat kerajinan wayang di sini sudah dilakukan turun-temurun," katanya.

Suyono yang juga pemilik salah satu rumah produksi wayang ini menyebut saat ini jumlah rumah produksi wayang kulit di Wukirsari mencapai puluhan, dari semua rumah produksi itu setidaknya menyerap tenaga kerja atau perajin sekitar 800 orang.

Pewarta: H. Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018