Princeton, New Jersey (ANTARA News) - Sergei Skripal, mantan agen dinas intelijen militer Rusia yang pernah membocorkan belasan agen Rusia di Inggris, dan putrinya, saat ini berjuang melawan maut setelah ditemukan ambruk pada 4 Maret usai diracun gas saraf Novichok, di Inggris selatan.

Novichok adalah nama senjata kimia yang diam-diam diciptakan Rusia pada akhir Perang Dingin.

Gas saraf Novichok menyerang sistem saraf sehingga korbannya kesulitan nafas dan terpapar sakit yang tak terlukiskan, kata pakar kimia Rusia yang turut mengembangkan gas saraf era Uni Soviet, Vil Mirzayanov.

Gas saraf ini dapat disentisis dengan mencampurkan senyawa-senyawa mematikan.

Mirzayanov pernah menyaksikan berbagai binatang dari tikus sampai anjing yang dipakai untuk menjadi objek uji coba senjata kimia yang sepuluh kali lebih mematikan ketimbang VX yang dipakai untuk membunuh Kim Jong Nam, abang tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Rusia diketahui pernah mengembangkan  program senjata kimia rahasia peninggalan Perang Dingin.

Program senjata kimia itu melibatkan 30.000 sampai 40.000 orang, termasuk 1.000 orang yang membuat Novichok. Menurut Mirzayanov, banyak dari orang-orang ini yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka produksi.

Menjadi kian mudah bagi Rusia untuk memproduksi material-material Novichok karena berada di bawah selubung pabrik pembuat bahan kimia untuk pertanian, kata Mirzayanov.

Baca juga: Pakar kimia Rusia yakin Putin perintahkan racuni Skripal

Pewarta: SYSTEM
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018