Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Jumat (30/3) menyatakan Israel bertanggungjawab penuh atas tewasnya warga sipil di Jalur Gaza, dan menyeru masyarakat internasional melindungi warga sipil Palestina.

"Saya menganggap penguasa pendudukan Israel bertanggungjawab atas terbunuhnya warga sipil Palestina yang tak bersalah," kata Abbas dalam pidato yang disiarkan televisi, menanggapi rusuh sepanjang hari dalam aksi protes di sepanjang perbatasn Israel dengan Jalur Gaza.

Pada Jumat, ribuan orang Palestina memulai hari pertama Pawai Akbar Kepulangan yang diselenggarakan oleh berbagai kekuatan politik dan faksi Palestina termasuk gerakan perlawanan Islam Hamas, dan Partai Fatah pimpinan Abbas.

Demonstrasi tersebut direncanakan berlangsung sampai 15 Mei untuk memprotes tindakan Amerika Serikat untuk memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke kota suci sengketa, Yerusalem.

"Demonstrasi mulanya damai, dan populer untuk memperingati Hari Tanah," kata Abbas, menambahkan bahwa adalah hak rakyat Palestina lah untuk menentukan nasib sendiri seperti bangsa-bangsa lain di dunia.

Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan militer Israel melepaskan tembakan ke arah demonstran Palestina, menewaskan 16 di antara mereka serta melukai 1.416 orang lainnya.

"Jatuhnya demikian banyak korban jiwa dalam demonstrasi damai dan populer ini mendesak pentingnya intervensi masyarakat internasional guna menjamin perlindungan internasional bagi rakyat Pelestina kami," kata Abbas sebagaimana dikutip Xinhua.

Ia menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera bekerja untuk melindungi rakyat Palestina yang tak bersenjata menghadapi peningkatan agresi Israel.

Abbas mengungkapkan bahwa ia menginstruksikan duta besar Palestina untuk PBB agar segera melakukan kontak dengan anggota Dewan Keamanan PBB dan Sidang Majelis Umum PBB untuk mengupayakan tindak yang mungkin dilakukan bagi perlindungan rakyat Palestina.(Uu.C003)

Baca juga: Pasukan Israel tewaskan 16 warga Palestina dalam aksi protes di Gaza

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018