Jakarta (ANTARA News) - TNI AL membenarkan bahwa pada Selasa pagi ini KRI Rencong-622 terbakar, di perairan Sorong, Papua Barat, sekitar 20 mil laut dari dermaga Komando Armada III TNI AL, di Sorong.

Keterangan diterima di Jakarta, Selasa siang, sebagaimana dinyatakan Kepala Subdinas Penerangan Umum Dinas Penerangan TNI AL, Kolonel Khusus Heddy Sakti, menyatakan, sampai dengan berita ini diturunkan, kapal sudah tidak dapat dipertahankan lagi serta seluruh personel di KRI Rencong-622 diperintahkan meninggalkan kapal.

Di dalam tradisi angkatan laut, perintah itu dinamakan "peran peninggalan" adalah "peran" alias perintah tindakan aksi dari komandan kapal yang paling akhir dikeluarkan jika suatu kapal perang ada dalam keadaan sangat kritis dan tidak bisa dipertahankan lagi keberadaannya.

Mereka dapat meninggalkan kapal dalam keadaan aman dan selamat serta saat ini sudah dievakuasi ke Markas Komando Armada III TNI AL Sorong.

Hingga saat ini penyebab kebakaran masih belum diketahui, sehingga akan dibentuk Tim Penyidik TNI AL untuk dapat melaksanakan penyelidikan lebih lanjut.

"Apabila ada perkembangan dari berita ini akan disampaikan lebih lanjut dalam keterangan pers Dinas Penerangan TNI AL," katanya.

KRI Rencong-622 ada di kelas kapal cepat berpeluru kendali. Kapal perang ini dibuat di galangan kapal Tacoma SY, Masan, Korea Selatan, pada 1979. Saat musibah terjadi, dia ada di sana dalam penugasan di bawah kendali Gugus Keamanan Laut Komando Armada III TNI AL itu.

Kapal lain dalam kelas yang sama adalah KRI Mandau-621, KRI Badik-623, dan KRI Keris-624. Cikal-bakal kapal perang ini berasal dari rancang-bangun kapal patroli kelas Dagger/Ashville, buatan Amerika Serikat.

Kapal dengan bodi dari alumunium itu --sehingga bobotnya ringan dan lincah-- digerakkan mesin gas turbin General Electric LM 1500 selain dua mesin diesel untuk kecepatan rendah. Jika semua sistem propulsi ini dioperasikan, dia bisa mencapai kecepatan 40 knot (setara 74,08 kilometer perjam untuk wahana darat).

Yang menarik dari kapal perang yang dirancang-bangun dan dioperasikan pada masa Perang Dingin ini adalah kehadiran empat peluru kendali permukaan-ke-permukaan atau permukaan-ke-udara MM-38 Exocet buatan Aeropastiale, Prancis, yang legendaris. Perang Falkland menjadi kampanye efektif bagi MM-38 Exocet.

Sejak ada kerja sama alih teknologi dengan China, maka kehadiran peluru kendali yang sudah terbukti itu digantikan peluru kendali C-802 buatan SACCADE, China.

Kapal perang ini juga dilengkapi sistem pertahanan titik meriam Bofors 40/70 dan 57/70 mm buatan Bofors/Saab, Swedia, pemandu tembakan Signaal WM28, kanon penangkis serangan udara Rheinmetall 20 mm, dan dia mampu membawa satu helikopter.

Di ruang sistem manajemen tempurnya, terdapat sistem radar MR-302/Strut Curve untuk memandu tembakan sistem pertahanan MR-123 Vympel/Muff Cob.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018