Jakarta (ANTARA News) - Transformasi Digital mengubah kebiasaan masyarakat dalam berbelanja, yang dulu dilakukan dengan mengunjungi toko fisik kini dapat dilakukan secara virtual.

Kehadiran komputer kecil dalam genggaman juga menjadikan masyarakat lebih leluasa untuk berbelanja. Terlebih, media sosial yang tadinya hanya digunakan untuk bersilaturahmi, kini juga menawarkan fitur yang memudahkan untuk berbelanja sekaligus membuka peluang bisnis bagi masyarakat.

"Saat ini semakin banyak UKM yang berbisnis lewat Facebook. Riset kami dengan Morning Consult pada 2017 dapat menggambarkan banyaknya UKM di Facebook," ujar Communication Lead Facebook Indonesia, Putri Dewanti, kepada Antara, usai temu media Facebook Laju Digital Jakarta, di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Morning Consult bekerjasama dengan Facebook pada 2017, 2 dari 3 UKM di Facebook membangun bisnis mereka di Facebook.

Sebanyak 80 persen UKM di Facebook mengatakan mereka telah meningkatkan penjualan.

Bahkan, 67 persen dari UKM di Facebook mengaku bahwa mereka mampu mempekerjakan lebih banyak karyawan berkat pertumbuhan permintaan sejak bergabung di Facebook.

Tidak hanya itu, 63 persen UKM menggunakan Facebook sehari-hari untuk bisnis, dan 89 persen dari UKM di Facebook menyatakan bahwa Facebook membantu mereka untuk menarik perhatian pelanggan.

Membangun brand lewat medsos

Raksasa media sosial Facebook memperkenalkan fitur untuk beriklan bagi bisnis, Facebook Ads, pada 2007. Salah satu bisnis di Indonesia yang terbilang awal mengadopsi fitur tersebut adalah ZAP.

"Pada 2009 pas ada Facebook Ads, coba-coba dulu saya paling sebulan 100 dolar AS, tapi hasilnya gila-gilaan jalan terus," kata CEO ZAP Clinic, Fadly Sahab, ditemui dalam acara Facebook Laju Digital di Jakarta, Rabu.

Meski ZAP hanya menawarkan layanan jasa, bukan pengiriman barang, Fadly menilai fitur beriklan di media sosial ini sangat efektif, tidak hanya dalam membangun brand tetapi juga mengubah image ZAP dari layanan hair removal menjadi klinik kecantikan.

Hal ini dilakukan ZAP pada 2017 lewat Instagram. Saat itu, Fadly menceritakan, platform berbagi foto dan video milik Facebook itu baru saja menghadirkan fitur iklan untuk bisnis.

Beriklan di Instagram dirasa tepat untuk mengedukasi masyarakat dan pelanggan bahwa ZAP melakukan perubahan image karena Instagram terpusat pada visual.

Bahkan, dari iklan Instagram pada 2017, Fadly mencatat setiap Rp87 ribu yang dikeluarkan untuk iklan mampu memberikan pemasukan sebanyak Rp1,6 juta.

Sementara itu, CEO brand sepatu khusus laki-laki Brodo, Yukka Harlanda, mengatakan bahwa sosial sangat membantu perkembangan bisnisnya. Mengalami keterbatasan finansial saat awal membangun bisnis, Yukka merasa feed back dari beriklan di Facebook sangat cepat.

"Misalnya, hari ini pasang iklan tapi feed back-nya jelek, bisa langsung diganti dengan kampanye iklan lain. Ini sangat membantu bisnis kecil dan menengah yang budget-nya terbatas," ujar Yukka.

Bagi mereka yang baru memulai bisnis dan belum memiliki banyak karyawan, iklan digital juga dilengkapi dengan laporan berisi data dan statistik orang yang melihat iklan, sehingga dapat membantu bisnis untuk membuat keputusan ke depannya.

Tidak hanya itu, jika dibandingkan dengan beriklan lewat media konvensional, menurut Yukka, media digital memiliki banyak keuntungan, salah satunya dapat lebih tepat sasaran.

Hal senada juga disampaikan Fadly di mana karakter iklan yang dapat menargetkan pelanggan secara spesifik sangat membantu sejumlah layanan yang ada di ZAP.

Misalnya, iklan layanan penghilang bulu ketiak menargetkan perempuan muda, sementara iklan layanan penghilang kerutan wajah lebih ditujukan untuk perempuan berusia 40 tahun ke atas.

Saat ini, untuk dapat lebih berinteraksi dengan para pelanggan ZAP, Fadly yang kini memiliki 850 karyawan -- 170 diantaranya dokter -- berencana untuk menghadirkan konten penuh pesan sekaligus edukasi di  media sosial-nya.

"Kalau dulu kontennya treatment ini harganya segini, sekarang ingin kasih edukasi, membuat konten deteksi kanker payudara, misalnya," kata Fadly.

Sementara Yukka juga memanfaatkan media sosial untuk membedakan produk-produk Brodo dengan produk sepatu lokal lain yang juga berasal dari Cibaduyut.

"Ini bisnis yang mudah sekali dimulai, tapi kita enggak cuman jual sepatu saja, harus ada "Why" yang kuat kenapa orang harus membeli sepatu kita. Harus ada story-nya," ujar Yukka.

"Untuk bisnis, peluangnya masih besar dan bisa diterapkan di apa pun dengan adanya adopsi digital. Kesempatannya sekarang karena momentumnya sekarang," tambah dia.

Baca juga: Facebook Laju Digital targetkan UKM berdaya

Baca juga: Facebook Laju Digital digelar di Jakarta

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018