Modul yang diciptakan tidak hanya bagi para siswa tapi juga guru dan orang tua layak kita sebarkan dan kita perluas melalui kerja sama antarpemangku kepentingan.
Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) mendorong kolaborasi guru dan orang tua serta anak dalam mendampingi anak dalam menggunakan media sosial (medsos) dengan bijak.

"Modulnya itu lebih pada bagaimana pengetahuan tentang dunia digital itu dipraktikkan, dicoba kolaborasikan antara guru, orang tua dan anak," kata Sekretaris Jenderal Yayasan Cinta Anak Bangsa M Farhan dalam acara peluncuran program Think Before You Share 2018/2019, Jakarta, Senin. 

Modul untuk guru dan orang tua dalam program Think Before You Share itu akan menyajikan beberapa materi terkait perilaku remaja di media sosial dan potensi implikasinya serta upaya dalam menciptakan ekosistem yang mendukung bagi siswa. 

Bagi guru, modul itu akan membahas cara-cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan rasa empati siswa. Sedangkan bagi orang tua, modul berkenaan dengan model pengasuhan berbasis tolok ukur yang dapat membantu remaja menggunakan media sosial dengan bijak. 

Farhan menuturkan peranan guru dan orang tua juga penting dalam mengarahkan anak untuk memilih konten yang tepat, mengakses konten terpercaya dan menyebarkan informasi yang kredibel. 

"Anak kita tidak mungkin bisa belajar dengan benar kalau kita sebagai guru dan orang tua tidak belajar hal yang sama. Bagamana anak bisa berpikir sebelum menyebarkan konten kalau guru dan orang tua tidak berpola fikir yang sama, dan main sebar aja,"

Facebook dan Yayasan Cinta Anak Bangsa memperluas program tersebut dengan menjangkau guru dan orang tua dalam mendorong penggunaan media sosial yang baik bagi anak-anak baik di sekolah ataupun di rumah. 

"Orang tua dan guru adalah bagian dari ekosistem untuk anak-anak. Anak adalah buah hasil kerja keras (pendidikan) dari para guru dan orang tua," tuturnya. 

Menurut dia, platform digital merupakan bagian dari ekositem baru dari anak-anak zaman sekarang yang harus diperhatikan sehingga anak-anak menyebarkan hal positif di media sosial dan tidak salah mengonsumsi konten di media sosial. "Kita kan ingin generasi saat ini yang lebih baik," ujarnya. 

Dia menuturkan orang tua saat ini juga sudah banyak mengakses media sosial, sehingga mereka juga perlu pemahaman menyeluruh dalam mempertanggungjawabkan konten yang disebar dengan merujuk pada konten yang benar dan kredibel, yang pada akhirnya dapat mendampingi anak untuk bijak menggunakan media sosial dan menyebarluaskan informasi.

"Modul yang diciptakan tidak hanya bagi para siswa tapi juga guru dan orang tua layak kita sebarkan dan kita perluas melalui kerja sama antarpemangku kepentingan," tuturnya. 

Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari menuturkan program Think Before You Share 2018/2019 direncanakan hadir di 150 sekolah dan memberikan pelatihan ke 21.000 siswa, guru dan orang tua.

Pada tahun ketiga pelaksanaan program tersebut terdapat tujuh provinsi yang menjadi prioritas yakni Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. 

Program itu bertujuan untuk meningkatkan literasi digital guna membangun komunitas yang lebih bijak dalam beraktivitas di media sosial.  

Pada tahun pertama pelaksanaannya di 2016, program itu telah menjangkau 1.400 remaja di tujuh kota untuk mendorong percakapan dalam jaringan yang lebih sehat dan menyediakan sumber informasi agar para remaja dapat tetap aman di platform dalam jaringan (daring).  Di tahun kedua, sebanyak lebih dari 11.000 siswa di 100 kota sekolah di Jakarta telah dilatih.*

Baca juga: Respons "Like" di medsos bisa buat ketagihan

Baca juga: Tips agar anak aman ber-media sosial


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018