Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan berencana menerapkan sistem deteksi dini kanker mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar Puskesmas.

"Deteksi yang kita lakukan sesederhana mungkin di tingkat pelayanan kesehatan dasar, Puskesmas. Itu bisa menjaring dari gejala dini yang bisa kita lakukan intervensinya lebih jauh," kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ekonomi Kesehatan M Subuh di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kanker harus secara terus-menerus dengan mengutamakan tiga hal: deteksi, prevensi, dan respons.

Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Abdul Kadir mengatakan permasalahan penyakit kanker di Indonesia cukup kompleks dengan jumlah pengidap kanker yang hampir empat persen dari populasi dan pasiennya sangat bervariasi.

"Kasus kita banyak. Jadi kita dengan populasi 260 juta penduduk, kasus kanker ini yang termasuk yang terbanyak. Dan bukan cuma itu variasi pasiennya juga sangat banyak," kata dia.

Subuh mengatakan tanpa sistem deteksi dini kanker yang efektif kemungkinan pengidap kanker akan semakin banyak dan biaya pelayanan kesehatan akan semakin membengkak.

"Untuk Indonesia yang paling tinggi, kanker payudara saja sudah mencapai 41 persen dari keseluruhan kanker yang ada. Mungkin dengan deteksi dini ini kita akan lebih menguak gunung es yang ada," kata Subuh.

Subuh memperkirakan butuh waktu kurang lebih lima tahun untuk menjalankan sistem deteksi dini kanker dari pelayanan kesehatan dasar seiring dengan upaya preventif dan promotif yang terus dilakukan.

Baca juga: Cegah kanker dengan deteksi dini
Baca juga: Hanya 12 persen penduduk Indonesia deteksi dini kanker

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018