Gianyar (ANTARA News) - Kelompok Konservasi Saba Asri berhasil melepaskan setidaknya 2.327 tukik di Pantai Saba, Kabupaten Gianyar, Bali, hingga September 2018.

Selain itu masih ada 2.500 tukik lagi yang siap dilepaskan, yang merupakan hasil penetasan telur di daerah setempat,  kata Ketua Kelompok Saba Asri I Made Kikik yang ditemui di lokasi konservasi di Desa Saba, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis.

Ia mengatakan, jumlah tukik yang ditetaskan di Pantai Saba semakin banyak setelah tingkat keberhasilannya meningkat.

"Banyak yang bawa telur penyu untuk ditetaskan di sini. Dari Amben, dari Klunkung, banyak yang dibawa untuk ditetaskan, bule-bule juga banyak datang untuk menetaskan telur penyu," katanya.

Setelah berhasil menetas mereka akan ambil kembali untuk dilepaskan di lokasi mereka menemukan telur-telur tersebut, ujar Kikik.

Sedangkan di Pantai Saba, menurut dia, juga semakin banyak ditemukan sarang penyu mengingat di sana merupakan pantai berpasir yang masih tersisa. Lokasi ini juga belum terkena abrasi, selain itu ombak masih tertahan oleh karang yang masih baik.

Menurut dia, pada 2014 hanya ditemukan sekitar 74 sarang penyu di Pantai Saba. Pada 2015 hanya bertambah empat sarang, pada 2016 hanya bertambah satu sarang, sedangkan di 2018 ada 317 sarang ditemukan.

Untuk konservasi penyu di Pantai Saba, menurut dia, tantangannya abrasi, anjing, dan tangan jahil manusia.

Sedangkan secara umum, bahaya yang mengancam konservasi penyu antara lain polusi atau tumpahan minyak, sampah plastik, pemanasan global yang meningkatkan suhu air laut, perdagangan ilegal dan konsumsi langsung, kerusakan dan gangguan habitat akibat pembangunan, dan jerat jaring nelayan yang memperparah populasi penyu.

Jenis penyu yang berkembang biak dan ditetaskan di Pantai Saba yakni Olive Ridley Sea Turtle (Lepidochelys olivacea) atau biasa disebut penyu lekang. Sedangkan jenis penyu hijau dan penyu sisik dapat ditemui di perairan Saba, namun lebih senang bertelur di pantai berpasir putih.

General Manager PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Bali Igan Subawa Putra mengatakan pihaknya ikut melakukan konservasi bersama Kelompok Konservasi Saba Asri untuk melestarikan penyu dan membantu memberikan edukasi pelestarian tukik ke masyarakat, pengunjung domestik maupun asing dan juga pada anak-anak di lingkungan pendidikan.

Pihaknya, menurut dia, sudah bekerja sama dengan Kelompok Konservasi Penyu Saba Asri sejak 2016 untuk melakukan penangkaran tukik.

Perkembangannya cukup baik, di 2016 jumlah telur yang ditetaskan (telur tanam) mencapai 6.605 butir dan dilepaskan 27 tukik, di 2017 ada 11.029 telur ditetaskan dan dilepaskan 1.976, sedangkan di 2018 ada 32.850 telur penyu ditetaskan dan hingga September sudah 2.327 tukik dilepaskan.

Penyu merupakan satwa langka yang dilindungi sesuai Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Dan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa disebutkan bahwa penyu berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya dilindungi oleh negara.

Dalam kunjungan sejumlah wartawan ke Kelompok Konservasi Penyu Saba Asri di Kabupaten Gianyar di sela-sela pelaksanaan Intergovernmental Review (IGR) ke-4 dari Global Program of Action (GPA) untuk Perlindungan Lingkungan Laut dari Aktivitas Berbasis Lahan tersebut sempat dilepaskan 200 tukik di Pantai Saba.

Baca juga: Konservasi tukik jadi andalan wisata desa di Blitar ini
Baca juga: BKSDA Gorontalo intensifkan sosialisasi pelestarian penyu

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018