Jakarta (ANTARA News) - Kecemasan sosial tampaknya berhubungan dengan keturunan. Mungkin sebagian otak salah menafsirkan isyarat sosial atau ekspresi wajah.

Sementara gen dan kimia otak mungkin memainkan peran, lalu kemungkinan kombinasi beberapa faktor, termasuk kepribadian bawaan seseorang dan didikan, sehingga memengaruhi risiko munculnya jenis kecemasan ini.

Menurut psikolog klinis di Denver, David Shanley, PsyD, seperti dilansir laman Health, yang dikutip Selasa, jika, sebagai anak-anak, Anda memiliki interaksi positif dengan anak-anak lain, Anda mungkin lebih terbuka dengan orang-orang dan lebih kecil berisiko mengembangkan gangguan kecemasan sosial.  

Namun, seorang anak yang secara alami pemalu, mengalami kesulitan bersahabat dengan seseorang sejak dini, atau yang orangtuanya memanjakan kebiasaannya mengisolasi diri di kamarnya dan melewatkan kegiatan sosial mungkin berisiko lebih besar mengalami gangguan kecemasan sosial.

Shanley mencatat, untuk orang dewasa dengan gangguan kecemasan sosial, memulai kehidupan di kota baru atau pekerjaan baru bisa saja sulit. Tentu saja, situasi setiap orang berbeda.

"Beberapa orang mungkin memiliki beberapa teman dekat, beberapa tidak memiliki teman dekat, dan beberapa mungkin memiliki kenalan tetapi mengalami kesulitan untuk dekat dengan kenalannya," kata dia.

Baca juga: Apa itu kecemasan sosial?

Baca juga: Terapi bicara bantu atasi gangguan kecemasan sosial

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018