Pontianak (ANTARA News) - Kawasan Pantai Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, kini tampak dibiarkan "berantakan", tumpukan tanah merah dihampar dari arah jalan utama Kota Pontianak menuju Singkawang ke arah pantai.

Salah satu pantai yang cukup indah di bagian pesisir utara Kalbar itu, bakal berubah total, tak lagi menjadi tempat wisata yang tak jauh dari Kota Pontianak. Kawasan itu akan berubah menjadi pelabuhan berskala internasional yang ditargetkan beroperasi pada 2019.

PT Pelindo II, yang akan mengelola kawasan tersebut ke depan. Pencanangan pembangunan dimulai pada 11 April 2018. Hadir Dirut Indonesia Port Corp (IPC), Elvyn G Masassya. Ia menyebut proyek pembangunan tersebut, Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak.

Pelabuhan dengan standar internasional terbesar di Kalimantan. Keberadaan terminal (pelabuhan) yang akan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendekatkan cita-cita Indonesia menjadi poros maritim dunia. Kijing menjadi solusi atas keterbatasan lahan serta tingginya tingkat sedimentasi sungai yang menyebabkan kapal besar sulit bersandar di Pelabuhan Dwikora Pontianak.

Pelabuhan Dwikora merupakan pelabuhan yang dikelola PT Pelindo II dan berada di dalam alur Sungai Kapuas. Jarak dari Muara Sungai Kapuas menuju pelabuhan tersebut sekitar 18 kilometer. Kapasitas kapal yang mampu masuk dan bersandar pun tak besar, sekitar 3 ribuan DWT.

Total area yang dibutuhkan untuk menunjang hadirnya pelabuhan tersebut seluas 200 hektare. Namun karena pelabuhan tersebut juga akan dilengkapi dengan kawasan industri maka dalam jangka panjang dibutuhkan area seluas 5.000 hektare.

Sementara General Manager IPC (PT Pelindo II) Cabang Pelabuhan Pontianak Adi Sugiri mengungkapkan, arus kapal dan petikemas diperkirakan meningkat pada tahun ini sejalan dengan geliat perekonomian Kalbar dan efisiensi layanan kepelabuhanan.

Pada 2017, ungkap Adi, realisasi throughput di Pelabuhan Pontianak tercatat 244.485 TEUs atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 209.520 TEUs.

Tahun ini, IPC menargetkan throughput Pelabuhan Pontianak naik lagi menjadi 280.000 TEUs. Angka ini sudah mencapai kapasitas penuh pelabuhan berdasarkan lay system. Bahkan, manajemen ingin throughput bisa 300.000 TEUs. Tentu angka ini sudah maksimal dan sulit untuk dikembangkan dalam kaitan menumbuhkan ekonomi Kalbar.

Hasil alam asal Kalbar pun tak langsung dibawah ke negara tujuan karena keterbatasan daya angkut kapal sehingga transit terlebih dahulu di pelabuhan lain seperti di Medan, Surabaya maupun Jakarta.

Sementara Terminal Kijing mempunyai draft -15 mLws sehingga kapal-kapal besar dapat bersandar dan melakukan kegiatan bongkar muat untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam Kalimantan khususnya Kalimantan Barat.

Selain itu, terminal ini nantinya akan dikembangkan dengan konsep digital port yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat modern sehingga sejalan dengan visi IPC untuk menjadi Pengelola Pelabuhan Kelas Dunia yang Unggul Dalam Operasional dan Pelayanan.



Ratusan kilometer tiang

Pelabuhan Terminal Kijing, dermaganya tidak terletak di bibir pantai. Namun, berjarak satu kilometer hingga 3,5 kilometer. Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelindo II, Dani Yusri di Mempawah menjelaskan, untuk tahap awal tiang pancang akan segera ditanam di tengah laut.

Jaraknya, untuk tahap awal ini, sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Di dermaga tersebut nantinya akan dibuat tambatan untuk lima kapal besar. Ia menjelaskan, secara keseluruhan, panjang dermaga di pelabuhan itu bakal mencapai lima kilometer. Sedangkan untuk yang menjorok ke tengah laut, nantinya mencapai 3,5 kilometer dari pantai.

Ada empat ribu tiang pancang yang dibutuhkan dengan panjang masing-masing 60 meter. Sehingga total panjang tiang pancang mencapai 240 kilometer. PT Pelindo II menggandeng PT Wijaya Karya (Wika) dalam proyek ini.

Kedalaman di areal 3,5 kilometer tersebut hingga 15 meter. Artinya, kata Dani Yusri, kapal dengan bobot 70 ribu hingga 100 ribu DWT (deadweight tonnage) atau jumlah bobot/berat yang dapat ditampung oleh kapal untuk membuat kapal terbenam sampai batas yang diizinkan.

Kondisi itu jauh berbeda dengan Pelabuhan Dwikora yang ada di Kota Pontianak. Saat ini, untuk menuju Pelabuhan Dwikora, kapal harus memasuki alur Sungai Kapuas yang kedalamannya terbatas. Kapal pun tidak bisa diatas kedalaman enam meter sehingga dapat menghambat pergerakan barang.

Pelabuhan Terminal Kijing dirancang untuk dapat dimanfaatkan antara 50 tahun hingga 100 tahun mendatang.

Pada pembangunan tahap pertama, IPC akan membangun empat terminal, yakni terminal multipurpose, terminal curah cair, terminal peti kemas, dan terminal curah kering.

Kapasitas terminal peti kemas diproyeksi mencapai 1 juta TEUs, sedangkan untuk curah cair dan curah kering masing-masing 8,3 juta ton dan 15 juta ton, serta untuk kapasitas terminal multipurpose, pada tahap pertama diproyeksikan mencapai 500 ribu ton per tahun.

Pada pengembangan tahap pertama, IPC akan membangun lapangan penumpukan, gudang, tank farm, silo, jalan, lapangan parkir, kantor pelabuhan, kantor instansi, jembatan timbang, serta fasilitas penunjang lainnya.

Luas dermaga yang dibangun pada tahap awal ini yaitu 15 hektare untuk dermaga curah kering, 7 hektare untuk dermaga multipurpose, 9,4 hektare untuk dermaga petikemas, dan 16,5 hektar untuk dermaga curah cair. Pengembangan Terminal Kijing akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sehingga dapat menjadi pusat industri pengolahan bahan baku baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Sejumlah partner bisnis maupun BUMN sudah membicarakan peluang kerja sama di kawasan itu nantinya.

Kepala Dinas Perhubungan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Mempawah Suharjo Lie mengatakan, Kabupaten Mempawah khususnya dan Provinsi Kalbar umumnya patut berbangga dapat menjadi lokasi pembangunan pelabuhan tersebut. Mengingat dari sekian banyak daerah yang mengusulkan, Mempawah yang jadi lokasinya. Investasi untuk pembangunan mencapai belasan triliun rupiah. Tahap awal, baru Rp2,7 triliun, kata Suharjo Lie.



Konsolidasi Pemda

Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Kalbar Daniel Johan punya usul agar seluruh pemerintah daerah di provinsi itu melakukan konsolidasi seiring pembangunan Pelabuhan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah yang ditargetkan selesai dan beroperasi mulai 2019.

Menurut dia, konsolidasi penting agar mendorong produk unggulan dari Kalbar di masing-masing kabupaten/kota. Pelabuhan Terminal Kijing di Sungai Kunyit itu akan membuka peluang ekspor langsung ke negara tujuan dari Kalbar.

Sehingga sangat disayangkan kalau infrastruktur yang sangat luar biasa ini tidak dimanfaatkan maksimal oleh seluruh pemda di Kalbar.

Bentuk konsolidasi itu misalnya tiap kabupaten atau kota sudah menetapkan produk unggulan masing-masing. Kemudian, produk tersebut dikemas dalam barang bentuk mentah, setengah jadi atau jadi supaya ke depan strateginya jelas produk apa yang dihasilkan dari Kalbar, termasuk industri ikutannya.

Ia yakin kalau terkonsolidasi dan terpetakan dengan baik, pertumbuhan ekonomi Kalbar akan terus meningkat. Terlebih lagi dengan energi listrik di Kalbar sudah semakin berlimpah, dimana PLN mampu menyiapkan energi listrik dalam jumlah besar sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal.

Kalbar juga terbilang aman dari bencana alam sehingga untuk jangka panjang akan lebih menguntungkan dari sisi investasi.

Ia berharap pembangunan pelabuhan dengan investasi belasan triliun rupiah itu berlangsung lancar dan aman. Kalaupun ada masalah yang belum terselesaikan, segera diselesaikan secara transparan dan berasas kesepakatan. Mimpi Pelabuhan Terminal Kijing sebagai pendulum baru ekonomi Kalbar, bakal terwujud.*



Baca juga: Pelindo II targetkan Terminal Kijing operasional 2019

Baca juga: Pelindo-II ganti rugi lahan awali pembangunan Terminal Kijing


 

Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018