Padang (ANTARA News) - Ternyata tingginya tingkat pendidikan seseorang bukan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah apalagi pada profesi yang bergengsi.

Fakta ini terkonfirmasi dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Sumbar yang menyatakan lulusan diploma dan sederajat mendominasi angka penganggur di provinsi tersebut hingga Agustus 2018.

Mengacu pada data BPS Sumbar dari 141 ribu penganggur di provinsi ini, lulusan diploma mencapai 13,7 persen diikuti lulusan SMK 9,60 persen dan S1 9,56 persen.

Kepala BPS Sumbar Sukardi mengidentifikasi tingginya penganggur terdidik disebabkan beberapa faktor antara lain selektif dalam mencari pekerjaan, terbatasnya lowongan yang tersedia dan saat pendataan bertepatan dengan momen wisuda sehingga banyak yang masih mencari kerja.

"Kalau selektif mencari pekerjaan hal itu alamiah dan wajar, namun yang perlu diperhatikan adalah masih terbatasnya lapangan kerja yang tersedia sehingga perlu menjadi perhatian pemangku kepentingan terkait," kata dia.

Terkait dengan maraknya kuliah kewirausahaan yang digelar di berbagai kampus dalam beberapa waktu terakhir ia melihat dampaknya baru akan dirasakan untuk jangka panjang.

"Kuliah kewirausahaan itu bagus, mengubah sudut pandang mahasiswa dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja, namun manfaatnya tidak bisa langsung dirasakan saat ini, beberapa tahun ke depan baru akan terlihat," ujarnya.

Sementara hingga Februari 2018 penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh penduduk berpendidikan rendah yakni SMP ke bawah sebanyak 1,4 juta orang atau 57,10 persen.

Pada sisi lain hingga Agustus 2018 jumlah angkatan kerja di Sumbar mencapai 2,55 juta jiwa atau meningkat 68,46 ribu jiwa dibandingkan periode yang sama tahun 2017 tercatat 2,48 juta.

"Artinya dalam setahun terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka 0,03 poin," kata dia.

Kemudian dari total 2,41 juta jiwa penduduk bekerja sebanyak 1,55 juta orang atau 64,52 persen bekerja di sektor informal. Angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja.

Sementara penganggur terbuka adalah masyarakat yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, atau tidak mencari kerja karena merasa tidak mungkin mendapatkannya serta mereka yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja.



Efektivitas Kuliah Kewirausahaan

Sementara Akademisi Universitas Andalas (Unand) Padang, Henmaidi Phd mengritik kekeliruan pengajaran kewirausahaan di kampus-kampus yang dinilai lebih banyak muatan teori yang pada akhirnya gagal menciptakan wirausahawan baru.

Mengapa kampus tidak mampu mendorong mahasiswa setelah tamat menjadi pengusaha, padahal sudah ada pelajaran kewirausahaan ternyata kurikulumnya sarat dengan teori dan hafalan, jadi mana bisa menghasilkan pengusaha, katanya.

Menurut dia pengajaran kewirausahaan banyak dijumpai menggunakan metode mendengar, mengkaji, diskusi dan analisis kemudian diuji dan lulus dapat nilai A tapi tidak satupun di antara mahasiswa tersebut yang jadi pengusaha.

Bayangkan dalam satu tahun Unand meluluskan 5.000 orang, Universitas Negeri Padang (UNP) 5.000 orang setelah itu mereka pergi ke Jakarta, Medan dan Batam untuk jadi pegawai, kata dia.

Kemudian mereka yang tidak lulus jadi pegawai itu yang kemudian jadi pengusaha karena nasib tidak lulus tes pegawai, katanya.

Ia menilai ada yang salah dengan pendidikan kewirausahaan karena mahasiswa hanya diajarkan berwacana sehingga hasilnya adalah orang yang bisa berceramah tentang kewirausahaan tapi tidak jadi pengusaha, ujar dia.

Ia mengemukakan untuk melahirkan wirausahawan baru yang harus diajarkan adalah motivasi dan kemampuan untuk menjalankan usaha serta berani mengambil risiko.

Pendekatan pengajaran kewirausahaan yang paling tepat adalah filosofi berenang, kata dia.

Ia menceritakan dalam belajar berenang jika tahap awal yang diajarkan adalah teori dan kemudian disuruh masuk kolam dipastikan pihak yang belajar akan lupa dengan semua yang diajarkan karena ilmu sesungguhnya ada dalam kolam.

Begitu juga dengan pembelajaran kewirausahaan mahasiswa harus disuruh membuat usaha dulu lama kemudian ajarkan tekniknya dalam kelas sehingga akan lebih dihayati oleh mahasiswa, katanya.

Ia mengatakan dengan modal Rp150 ribu mahasiswa diharuskan membuat usaha dan melaporkan selama satu semester.

Hasilnya ada kelompok mahasiswa yang membuat usaha dengan modal Rp150 ribu bisa mendapatkan untung Rp850 ribu, kata dia.

Oleh sebab itu menurutnya kunci pembelajaran wirausaha yang benar adalah memberikan motivasi, memperbaiki kurikulum dan menggunakan metode yang tepat.

Sejalan dengan itu praktisi bisnis yang saat ini menjabat anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Dony Oskaria menilai perguruan tinggi harus bisa membaca kebutuhan pasar sehingga dapat mempersiapkan lulusan yang sesuai kebutuhan dunia kerja.

"Harus ada diskusi yang intensif antara dunia usaha dengan perguruan tinggi agar paham lulusan seperti apa yang diinginkan dunia usaha," kata dia.

Menurutnya tanpa ada koordinasi antara dunia usaha dengan perguruan tinggi masing-masing akan berjalan sendiri.

Para pelaku usaha juga harus dilibatkan dalam proses pengajaran di perguruan tinggi sehingga jarak yang terbentang antara kebutuhan dunia kerja dengan kesiapan lulusan universitas semakin kecil, ujarnya yang saat ini menjabat Komisaris Garuda Indonesia.

Selain itu ia mengajak perguruan tinggi untuk mendorong pengembangan keterampilan mahasiswa, karena 80 persen keberhasilan tidak ditentukan oleh ilmu yang dipelajari melainkan soft skill atau keterampilan.

"Misalnya mahasiswa lebih banyak diminta membuat makalah, presentasi bukan lagi hanya pengajaran satu arah dari dosen kepada mahasiswa," kata dia.

Ia meyakini lulusan lokal jauh lebih dapat bersaing dibandingkan luar negeri karena memiliki keunggulan dari sisi pemahaman karakter dan budaya lokal.

Sementara Pemerintah Kota Padang terus melakukan beragam upaya untuk menekan penganggur salah satunya menggelar bursa lowongan kerja.

Pada September 2018 Pemkot Padang menggelar pameran bursa kerja menyediakan 1.000 lowongan tersedia di pameran bursa kerja yang diselenggarakan Pemerintah Kota Padang lewat Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian.

"Pameran bursa kerja ini diikuti 40 perusahaan, untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi para pencari kerja.

Asisten Wali Kota Padang bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesra Hermen Peri menyebut selain menyelenggarakan pameran bursa kerja pemerintah Kota Padang juga terus menggaet investor untuk menanamkan uangnya.

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah transportasi, hotel, perdagangan, jasa dan pariwisata, kata dia.*



Baca juga: Pengangguran Sumbar didominasi lulusan diploma

Baca juga: BPS : sarjana dominasi pengangguran di Sumbar


 

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018