Bandung (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri terus berupaya memperkenalkan beragam makanan Indonesia ke dunia melalui diplomasi kuliner atau gastro diplomacy

"Sekarang kita sedang memilih menu-menu makanan, kemudian akan distandarkan rasanya sebelum kita pasarkan ke luar negeri," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan kuliah umum dalam acara Diplomacy Festival (DiploFest) di Universitas Padjadjaran, Bandung, Rabu.

Retno mengatakan masakan Nusantara yang bisa diperkenalkan ke masyarakat dunia salah satunya soto, yang selama ini selalu disajikan dalam acara jamuan di kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri.

Dalam tulisan yang diterbitkan tahun lalu, Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Internasional Sekretariat Kabinet Thanon Aria Dewangga menyebut gastro diplomacy sebagai inisiatif awal diplomasi kuliner yang diluncurkan pemerintah Thailand tahun 2002. Inisiatif itu bertujuan mendorong lebih banyak orang di seluruh dunia makan masakan khas Thailand.

Contoh lain gastro diplomacy adalah Korea dengan diplomasi kimchi dan Malaysia dengan proyek Malaysian Kitchen.

Di Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah menginisiasi program pengenalan soto dan kopi sebagai ikon kuliner Indonesia di berbagai acara dan festival.

Program "Unity in Diversoto" dipilih untuk memudahkan pengenalan dan promosi makanan Indonesia, mengingat begitu banyaknya ragam kuliner Nusantara. 

"Karena kalau kita menjual berbagai macam makanan tidak akan efektif," kata Menlu Retno.

Baca juga:
Mengenal asal-usul soto di Asian Fest
Bekraf promosikan kopi dan soto


 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018