Tak terasa kini enam bulan sudah bencana gempa yang meluluhlantakkan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu berlalu yang menyisakan duka mendalam bagi sebagian warga. Namun, tampaknya masyarakat di "Pulau Seribu Masjid" itu tak mau larut terlalu lama dalam kesedihan atau berkepanjangan. Mereka bertekad untuk segera bisa bangkit.

Ini tak terlepas dari dukungan dan uluran tangan berbagai pihak, baik pemerintah, para relawan maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang membantu dengan ikhlas para korban terdampak gempa Lombok. Hasilnya cukup menggembirakan, karena sebagian korban terdampak gempa mulai bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan.

Dari sekian LSM yang turut membantu mempercepat kebangkitan korban terdampak gempa Lombok, sebut saja Dompet Dhuafa, sebuah lembaga filantropi Islam bersumber dari dana zakat, infak, sedekah dan wakaf serta dana halal lainnya yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa.

Sejatinya memasuki bulan keenam pascagempa yang meluluhlantakkan Pulau Lombok, kini masyarakat terdampak bencana sudah mulai berbenah. Mereka mulai membangun rumah hunian semantara dan menata kembali ekonomi keluarga yang lumpuh akibat bencana gempa bumi beruntun itu.

Di sisi lain para petani mulai turun ke sawah atau kebun untuk bertani. Beberapa di antaranya berniaga dengan modal seadanya. Pasar juga sudah mulai menggeliat dan kebanyakan dari "penyintas" memulai usahanya dengan modal dan dagangan seadanya.

Dompet Dhuafa yang sedari awal mulai dari fase respons bencana hingga masa pemuliahan terus mendampingi penyintas terdampak gempa. Tidak hanya berhenti pada fase respons, lebih jauh Dompet Dhuafa juga mencoba mengembalikan lagi ritme kehidupan masyarakat Lombok seperti semula.

Di penghujung Tahun 2018, Dompet Dhuafa meluncurkan program Lombok Bangkit. Bertempat di Koperasi Usaha Desa (KUD) Ampera di Desa Gondang, Kecamatan Gangga. Kegiatan peluncuran program Lombok Bangkit berjalan lancar.

Progam Lombok Bangkit adalah serangkaian program untuk pemulihan yang telah dan akan dilakukan oleh Dompet Dhuafa kepada masyarakat, khususnya para penyintas gempa Lombok, sebagai upaya menjawab panggilan zaman. Berbagai program pemulihan tersebut di antaranya adalah pembangunan untuk hunian sementara atau rumah sementara (rumtara) yang sudah berdiri sekitar 1.320 unit.

Tak hanya itu, lembaga nirlaba yang berkhidmat untuk membantu sesama ini juga menggulirkan program pemberdayaan ekonomi, seperti Bengkel Berdaya yang telah menyasar para pelaku bisnis servis motor yang usahanya terhenti karena terdampak gempa.

Selani itu Dompet Dhuafa juga memberikan dana pinjaman bergulir kepada masyarakat melalui "lSocial Trust Fund (STF) untuk warga yang ingin memulai usaha dari yang kecil-kecilan.

Dompet Dhuafa juga menyadari potensi agraris yang dimiliki oleh Pulau Lombok, karena sebagian besar masyarakatnya juga menggantungkan hidup sebagai petani. Karena itu lembaga kemanusiaan tersebut juga menginisiasi progam Modal Usaha Tani, yaitu pemberian bantuan usaha pertanian berupa aktivasi kelompok tani.

Sejatinya gempa beruntun yang memorakporandakan Pulau Lombok mengundang empati bagi berbagai kalangan, tak terkecuali Aksi Cepat Tanggap (ACT), sebuah lembaga nirlaba berpusat di Indonesia yang sejak awal juga ikut turun tangan membantu meringankan beban para korban terdampak gempa Lombok.

ACT mendirikan warung wakaf sebagai salah satu upaya membangkitkan kehidupan sosial ekonomi warga Pulau Lombok yang lumpuh pascagempa bumi. Dengan geliat ekonomi ini diharapkan membangkitkan kembali kondisi kehidupan masyarakat.

Branch Manager ACT NTB Lalu Muhammad Alfian pada peresmian warung wakaf di Desa Guntur Macan, Kabupaten Lombok Barat, beberapa waktu lalu mengatakan yang terpenting untuk kebangkitan Lombok adalah membangkitkan ekonomi masyarakat.

ACT sudah memulai aksi kemanusiaan sejak hari pertama setelah terjadi gempa dan sedang menjalankan program pemulihan. Pada tahap tersebut, ACT berupaya membangkitkan kembali beberapa sektor utama masyarakat, seperti di bidang ekonomi dan keagamaan.

Bagi ACT ketika ekonomi masyarakat kuat, maka pemulihan pun akan lebih cepat. Transaksi terus dilakukan, masyarakat terus bekerja, sehingga roda ekonomi terus berputar, dan masyarakat dapat melupakan seluruh beban yang diakibatkan oleh terjadinya gempa.

Menurut Alfian, warung wakaf memiliki konsep yang unik. Di mana dalamnya masyarakat bisa berbelanja, namun juga sekaligus berwakaf. Oleh karena setiap keuntungan yang dihasilkan dari warung wakaf, akan dijadikan warung qakaf sejenis.

Dengan begitu, kata dia, nantinya masyarakat tak hanya berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari, namun sebagai ladang amal untuk berinfak. Selain itu warung yang diisi dengan 300 jenis barang itu akan dikelola sepenuhnya oleh masjid dan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan, nantinya akan dimasukkan menjadi kas masjid.

Ikhtiar maksimal yang telah dan akan dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah dan LSM, sejatinya sebagai wujud perjuangan merajut asa di tengah keterpurukan setelah bencana gempa Lombok menuju kehidupan masyarakat yang tangguh dan kuat dari sisi ekonomi.*


Baca juga: Perjuangan korban gempa Lombok merajut asa (1)

Baca juga: Belajar dari Yogyakarta untuk NTB bangkit

Baca juga: Mensos gelorakan semangat Lombok bangkit


 

Pewarta: Masnun
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019