Itu sebabnya mengapa ternak terutama sapi harus diangkut dengan pelayaran khusus agar tidak stres
Jakarta (ANTARA News) - Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menyatakan sejak pengoperasian angkutan kapal ternak bagian program tol laut, telah berdampak pada penurunan penyusutan bobot sapi hingga sembilan persen.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementan Fini Murfiani mengatakan sebelumnya saat pengiriman sapi dari NTT ke Jakarta terjadi penyusutan bobot sapi antara 15-20 persen.

Namun, setelah ada kapal khusus ternak, penyusutan maksimal hanya sembilan persen.

"Itu sebabnya mengapa ternak terutama sapi harus diangkut dengan pelayaran khusus agar tidak stres," katanya saat pertemuan dengan Atase Pertanian Indonesia di Bali, Jumat.

Dalam keterangan persnya, Fini menyampaikan bahwa pemanfaatan kapal ternak merupakan salah satu instrumen untuk mengetahui pasokan sapi dalam negeri dari daerah produsen ke wilayah konsumen.

Selain itu juga mendukung ketersediaan pangan protein hewani.

Keutamaan dari kapal ternak di antaranya memenuhi aspek kesejahteraan hewan, kepastian jadwal pelayaran, dan mampu diproyeksikan sebagai sistem monitoring ketersediaan dan tata niaga, sehingga dapat dijadikan salah satu dasar dalam penentuan kebutuhan impor.

"Keberadaan kapal ternak menjadi bagian dari upaya animal welfare karena di kapal khusus itu, sapi-sapi bisa duduk, nyaman, tenang, dan kondisi itu sangat mempengaruhi kualitas daging dan ototnya nanti tidak menjadi keras," kata Fini.

Dengan begitu, peternak sebagai produsen sapi bisa merasakan harga jual sapi yang layak dan konsumen di Jakarta pun bisa merasakan daging sapi yang berkualitas dengan harga yang tidak terlalu tinggi.

Fini menyebutkan pada 2018, faktor muat (loading factor) enm unit kapal ternak telah mencapai 88 persen, dengan jumlah ternak yang diangkut 30.803 ekor dari 78 pelayaran.

Adapun konektivitas trayek angkutan ternak tahun ini ada enam rute yakni KM Camara Nusantara 1 oleh PT Pelni untuk Kupang-Waingapu-Tanjung Priok-Cirebon-Kupang, KM Camara Nusantara 2 oleh PT ASDP dengan rute Kupang-Wini-Atapupu-Tanjung Priok-Kupang, dan KM Camara Nusantara 3 oleh PT Pelni rute Kupang-Waingapu-Tanjung Priok-Cirebon-Surabaya-Dumai-Cirebon-Kupang.

Selanjutnya KM Camara Nusantara 6 oleh PT Subsea dengan rute Bima-Badas-Parepare-Palu-Balikpapan/Samarinda-Bima dan KM Camara Nusantara 5 oleh PT ASDP rute Celukan Bawang-Tanjung Priok-Kupang-Wini-Atapupu-Samarinda-Celukan Bawang.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan kapal, saat ini juga sudah dipersiapkan untuk mendukung pemasaran ekspor, salah satunya adalah ekspor kambing ke Malaysia dengan potensi 60.000 ekor per tahun.

Menurut Fini, langkah ini juga memberikan keuntungan bagi peternak terkait dengan lebih tingginya harga di peternak.

Untuk memfasilitasi hal tersebut Kemenhub telah merevisi SK Dirjen Perhubungan Laut tentang jaringan kapal khusus angkutan ternak pada 2018 dengan trayek Surabaya ke Dumai.

Baca juga: Tiga kapal perintis dan satu kapal ternak dioperasikan serentak
Baca juga: NTT dapat tambahan dua kapal ternak

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019