TOD yang benar, semua aktivitas ada di stasiun, orang yang tinggal dekat situ sangat tergantung dengan MRT
Jakarta (ANTARA News) - Tidak kurang dari satu bulan lagi masyarakat Ibu Kota dan sekitarnya akan merasakan moda baru, yang bernama Moda Raya Terpadu (MRT).

Uji coba tengah terus dilakukan untuk memantapkan pengoperasian perdana yang ditargetkan pada Maret mendatang. 

Secara keseluruhan progres jelang pengoperasian saat ini sudah mencapai 98,59 persen dengan rincian bagian bawah tanah (underground section) 98,74 persen dan bagian layang (elevated section) 98,43 persen. 

Pembangunan MRT ini juga tidak semata-mata hanya sarana dan prasarana, tetapi juga harus didukung dengan pembangunan kawasan beriorientasi transit (TOD). 

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan TOD bisa menghilangkan kemacetan karena akses transportasi yang dekat dengan hunian, sehingga untuk mencapainya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, tidak perlu mobil pribadi.

"Ini merupakan solusi strategis bagi masyarakat, karena semua terkumpul di suatu kawasan," katanya.

Untuk itu, Menhub meminta MRT bersinergi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk segera menyiapkan bus-bus pengumpan (feeder) yang bisa menghubungkan masyarakat ke stasiun MRT. 

"MRT ini akan mengangkut jumlah penumpang yang banyak, tetapi memang harus persiapan, terutama 'feeder' dari beberapa titik agar kapasitas bisa digunakan maksimal," ujar Menhub.


Baca juga: Presiden pastikan MRT Jakarta beroperasi Maret 2019

Ke depan, masyarakat akan lebih banyak menggunakan transportasi massal, jadi harus dipikirkan secara detil agar pengoperasian MRT menjadi maksimal, bukan hanya sarana saja, melainkan prasarana seperti area stasiun sebagai titik pertemuan dan sumber pendapatan baru. 

Pasalnya, dari 18,6 juta kendaraan pribadi di Jakarta, pengguna angkutan umum di Ibu Kota baru mencapai angka 24 persen, sementara itu, sekitar ada 47,5 pergerakan orang di Jabodetabek.

Sehingga, diperkirakan dengan adanya kereta Ratangga MRT yang terdiri mencapai 16 kereta dalam satu rangkaian bisa memicu masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan massal. 

Sejumlah pekerja melakukan perawatan rangkaian kereta MRT di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (26/4/2018). Perawatan kereta MRT terus dilakukan untuk mengetahui kesiapan menjelang uji coba yang akan berlangsung Agustus 2018. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
 

Menggerakkan Perekonomian

TOD dilihat bukan hanya keterpaduan antara kawasan dan moda transportasi yang memudahkan mobilitas masyarakat, melainkan pula mendongkrak pendapatan dari pengoperasian MRT itu sendiri.

Sebab, MRT dinilai tidak bisa “hidup” hanya dengan mengandalkan pendapatan dari tiket, tetapi juga harus didorong dari pendapatan dengan nontiket yang bisa dikembangkan lewat TOD. 

Ada sekitar 65.000 dalam sehari yang akan berlalu lalang di setiap stasiun MRT, jumlah penumpang yang tidak sedikit itu bisa menggerakan bisnis MRT yang tentu saja berimbas pada perekonomian nasional apabila TOD bisa dikembangkan dengan baik. 

Seperti pada Kasus Mass Transit Railway (MTR)  Hong Kong (Lam, 2010) menunjukkan bahwa potensi terbesar MRT adalah adalah pada kemampuan membangun wilayah.

Pada awal pengoperasian MTR Hong Kong pada 1980-1990, menunjukkan kerugian, namun seiring dengan berkembangnya pembangunan TOD di kawasan sekitar stasiun, keuntungan yang didapat dari situ meroket dalam 10 tahun dan semakin jauh melampaui laba dari perusahaannya sendiri.

Imbas positifnya adalah harga tiket bisa tekan semurah mungkin bagi masyarakat karena MRT Hong Kong tidak lagi mengandalkan pendapatan dari sumber tersebut. 

Dalam jangka panjang, biaya transportasi akan berkurang, sehingga kualitas hidup bisa meningkat pasalnya rata-rata masyarakat Jabodetabek mengeluarkan 30 persen dari penghasilan untuk biaya transportasi. 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengantongi konsep TOD MRT yang akan didorong di 13 stasiun MRT Fase I dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Lebak Bulus. 

Tidak kurang dari 45 gedung di Jakarta akan terhubung dengan moda transportasi MRT.

Pemrov DKI Jakarta juga telah memberikan mandat kepada PT MRT Jakarta untuk menjadi operator utama pengelola kawasan TOD melalui Pergub Provinsi DKI Jakarta No.140 2017. 

Suasana aktivitas masyarakat di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (7/1/2019). Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas akan menjadi model dari seluruh kawasan TOD MRT Jakarta yang penyelesaian 12 masterplannya ditargetkan rampung pada bulan Juni mendatang. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Baca juga: Menteri Perhubungan minta siapkan angkutan pengumpan dan TOD MRT
Dalam mengembangkan perencanaan TOD, PT MRT Jakarta menggunakan delapan prinsip, yaitu fungsi campuran, kepadatan tinggi, peningkatan kualitas konektivitas, peningkatan kualitas hidup, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, ketahanan infrastruktur dan pembaruan ekonomi. 

Untuk tahap awal, MRT Jakarta mengembangkan rencana induk kawasan transit terpadu di lima stasiun, yaitu Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, kawasan Cipete (yang mencakup Stasiun Cipete, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A), kawasan Blok M (termasuk Stasiun Sisingamangaraja), dan Stasiun Dukuh Atas. 

Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan TOD pertama yang akan dibangun adalah Stasiun Dukuh Atas karena dinilai sudah ada keterpaduan moda antara Transjakarta, kereta rel listrik (KRL) dan Kereta Bandara. 

“Nanti di situ kita mainnya di TOD untuk pendapatan non-tiket tadi, Ini sedang berjalan, bulan depan menyusul di tiga lokasi Blok M, Cipete dan Lebak Bulus,” ujarnya.

Pihaknya juga sudah melelang perusahaan retail yang akan berjualan di stasiun-stasiun MRT, temasuk untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 

Sebanyak 15 mitra retail yang telah bergabung di 10 stasiun MRT Jakarta pada Tahap 1. 

“Sekarang kita sedang buka Fase II untuk undang lagi retail dan UMKM,” katanya. 

Pada tahap 2, MRT Jakarta membuka tiga stasiun untuk delapan mitra retail baru, yaitu tiga lokasi di Stasiun Haji Nawi, empat lokasi di Stasiun Blok A dan satu lokasi di Stasiun Sisingamangaraja. 

MRT Jakarta bersama Badan Ekonomi Kreatif akan menyeleksi proposal UMKM dan memilik 16 mitra UMKM untuk diberikan kesempatan menempati lima stasiun dan mendapatkan pembinaan dalam inkubator bisnis MRT Jakarta. 

Ciptakan ketergantungan 

Pakar Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono Wibowo menjelaskan konsep TOD dikatakan berhasil apabila tercipta ketergantungan dari masyarakat untuk menggunakan moda transportasi tersebut, dalam hal ini MRT.

Untuk menciptakan ketergantungan itu, lanjut dia, MRT harus memaksimalkan ruang-ruang di stasiun menjadi ruang komersial yang dibutuhkan masyarakat, sehingga masyarakat tidak perlu keluar dari stasiun untuk membeli kebutuhan tersebut atau mereka hanya perlu ke stasiun untuk memenuhi kebutuhannya.

Adapun, tempat-tempat sepeti mall, sekolah dan perumahan dibangun paling jauh 800 meter dari stasiun dan dibuat akses langsung. 

Sony mencontohkan salah satu TOD yang berhasil, yakni di SIngapura, ditambah dengan kebijakan kepimilikan mobil pribadi dekat stasiun dikenakan pajak lebih mahal.

“Kalau kita belajar TOD yang sebenarnya di Singapura, contoh TOD yang benar, semua aktivitas ada di stasiun, orang yang tinggal dekat situ sangat tergantung dengan MRT,” katanya. 
Dengan demikian, TOD dilihat sebagai "magnet" yang bisa menarik lebih banyak penumpang dan dari situ bisnis MRT terus berjalan dan berkembang. 

Tanpa TOD, MRT tidak bisa menutupi biaya operasional apabila hanya mengandalkan tiket dan ruang-ruang komersial di stasiun. 

Sementara itu, Direktur Institut Transportasi (Intrans) mengatakan menyebutkan dua opsi untuk pembangunan TOD MRT Jakarta, pertama membuat akses dari stasiun ke gedung-gedung perkatoran atau mall, kedua membangun kawasan di lahan kosong.

Strategi kedua cederung lebih sulit, karena sudah banyak gedung-gedung jadi bersinergi saja dengan pemilik gedung untuk membangun akses.

Pembangunan TOD tidak bisa dibangun dan dan dirasakan dampaknya dalam waktu singkat,karena itu diberpelukan komitmen dan keberlanjutan pembangunan.
Baca juga: MRT simbol kemajuan Jakarta
Baca juga: MRT: munculkan kultur baru bertransportasi dan jalan kaki

 

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019