Jakarta (ANTARA) - Sinta (Lala Karmela), gadis muda berdarah India - Indonesia sedang mempersiapkan jenjang baru di hidupnya, yakni menikah.

Gadis yang lahir dan besar di India itu bersama calon suaminya, Vikash (Sahil Shah), sibuk mengurus ini dan itu yang terkait dengan upacara tradisional India.

Menjelang hari penting itu, Widi (Cut Mini) mendadak pulang kampung ke Indonesia yang tak pernah didatanginya selama belasan tahun.

Sinta pun nekat menyusul ibunya ke Tanah Air yang asing di matanya, hanya bermodalkan sebuah foto lawas ibunya di Borobudur.

Di desa Borobudur, Sinta tak cuma mengetahui keindahan kampung halaman ibunya, tapi menyingkap rahasia masa lalu yang selama ini disembunyikan Widi.

Sinta berupaya membantu upaya ibunya berdamai dengan masa lalu, sekaligus menerima jati dirinya yang baru terkuak.

Budaya Jawa dan India terasa kental di film perdana Produksi Film Negara selama 26 tahun terakhir ini.

Dialog-dialog berbahasa Jawa terdengar di sana-sini. Penonton juga bisa melihat secuplik kehidupan masyarakat Jawa yang terasa dekat, hubungan antarsaudara, sampai dialog lemah lembut yang pada adegan tertentu menuai tawa karena diucapkan di situasi yang sangat kontras.

Lala mempraktikkan hasil latihan intensif belajar bahasa India lewat dialog-dialog yang mengalir lancar, lengkap dengan gestur khas warga setempat.

"Aku lihat Lala dari enggak bisa sampai bicara lancar banget," Sahil memuji Lala.

Baca juga: Syuting di India, Lala Karmela tunggu sapi lewat

Di luar itu, ada inkonsistensi dialek saat Sinta berbahasa Indonesia. Kadang kala ucapannya terdengar kaku seperti orang yang jarang berbicara bahasa Indonesia, tapi di adegan lain tutur katanya terdengar sangat fasih seperti orang Indonesia pada umumnya.

Kekuatan cerita didukung juga oleh penampilan aktris-aktris kawakan seperti Ria Irawan dan Cut Mini yang memperlihatkan dinamika persaudaraan.

Keindahan Taj Mahal di Agra juga sudut warna-warni lain di India dipamerkan di sini, pun menampilkan kemegahan candi Borobudur yang memukau.

Sutradara Azhar "Kinoi" Lubis memilih tone hangat dan warna-warna mencolok yang menarik. Pemilihan warna ini juga berlaku di aspek busana, di mana pakaian-pakaian yang dikenakan Sinta dan Widi mengingatkan pada potongan busana India yang berwarna cerah dan modis.

"Ini film pertama saya yang fullcolor, saya coba mendekatkan warna yang dekat dengan kaum Hawa. Girly, pastel, warna India juga tidak hilang," ujar Kinoi.

Film perdana dari Produksi Film Negara setelah "mati suri" ini diharapkan jadi awal produktivitas di masa mendatang.

"Semoga jangan seperti jodoh, pertama dan terakhir," seloroh Salman Aristo, produser "Kuambil Lagi Hatiku".

Film yang ditulis Arief Ash Shiddiq dan Rino Sardjono itu juga dibintangi oleh Dimas Aditya, Dian Sidik, dan Ence Bagus. "Kuambil Lagi Hatiku" bakal tayang pada 21 Maret 2019.

Baca juga: Aktor Dian Sidik ingin film Indonesia lebih "berwarna"

Baca juga: "Kuambil Lagi Hatiku", tanda kebangkitan Produksi Film Negara

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019