Pasokan bahan baku bom ikan seperti pupuk matahari, detonator, itu didatangkan dari luar sehingga kami minta agar jejaring atau pemasok ini bisa ditelusuri
Kupang (ANTARA) - Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Wham Nurdin, meminta agar pasokan bahan baku yang digunakan oknum nelayan tertentu untuk pembuatan bom ikan ditelusuri aparat berwenang di daerah setempat.

"Pasokan bahan baku bom ikan seperti pupuk matahari, detonator, itu didatangkan dari luar sehingga kami minta agar jejaring atau pemasok ini bisa ditelusuri," katanya kepada ANTARA di Kupang, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu terkait masih ditemukannya praktik pengeboman ikan yang dilakukan oknum nelayan di wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pada Sabtu (23/3/) lalu, tim patroli kapal perikanan KM Napoleon 054 dari Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kupang menangkap tiga nelayan yang mengebom ikan di sekitar perairan Tanjung Batu Lelan, Kabupaten Kupang.

Wham mengaku sudah mengetahui peristiwa tersebut dan pihaknya mengecam perilaku para oknum nelayan yang menangkap ikan dengan cara-cara terlarang itu.

"Kami sangat sesalkan ini karena belum lama ini kami bersama pihak Polair dan instansi terkait lain juga mendeklarasikan penggunaan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan," katanya.

Ia mengakui, praktik pengeboman ikan masih rawan terjadi di wilayah setempat akibat pengawasan yang belum maksimal menjangkau seluruh wilayah laut NTT yang mencapai 200 ribu kilometer persegi.

Ia mencontohkan seperti di sekitar perairan Pulau Sumba yang dilaporkan oleh nelayan maupun warga setempat yang menemukan masih marak adanya praktik pengeboman ikan.

"Bahkan ini tidak hanya nelayan lokal namun juga dilakukan nelayan-nelayan dari daerah lainnya," katanya.

Ia menambahkan, bom ikan yang digunakan pada umumnya merupakan rakitan dari nelayan sendiri yang biasanya dibuat dalam kemasan botol minuman.

"Namun pasokan bahan baku itu didatangkan dari luar. Karena itulah kami minta pihak PSDKP ataupun Polair agar tidak hanya fokus pada penangkapan pelaku tapi menelusuri juga pasokan bahan baku untuk memotong mata rantai praktik ini," demikian Wham Nurdin.

Baca juga: Karang perairan utara Pulau Alor rusak akibat bom ikan

Baca juga: Kapal perang TNI-AL berpatroli tangkal bom ikan

Baca juga: Warga Resah Nelayan Bom Ikan Diduga Punya Backing

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019