Ankara (ANTARA) - Calon oposisi utama Turki di daerah pemilihan Istanbul mengatakan pada Jumat ia masih mengungguli saingannya setelah penghitungan kembali kertas-kertas suara tidak sah di hampir semua distrik kota itu yang diajukan oleh Partai AK pimpinan Presiden Tayyip Erdogan.

AKP, yang terpukul oleh ekonomi melambat, terhuyung-huyung akibat kekalahan di Istanbul, pusat komersial Turki, dan Ankara, ibu kota negara itu dalam pemilihan lokal pada Ahad. Berkuasa secara nasional sejak 2002, AKP dan para pendahulunya dari kelompok Islam telah mendominasi dua kota terbesar di Turki tersebut selama seperempat abad.

Calon walikota dari Partai Republik Rakyat (CHP), Ekrem Imamoglu, mengatakan ia unggul dengan meraih 18.742 suara dari saingannya dari AKP, mantan perdana menteri Binali Yildirim, setelah penghitungan ulang suara-suara tak valid di 17 dari 39 distrik di Istanbul dan mengatakan gap tidak akan mengubah banyak setelah penghitungan ulang berakhir.

"Dari yang saya lihat, penghitungan ulang akan berakhir akhir pekan. Kisaran suara 18.000-20.000, itulah apa yang semua simulasi tunjukkan. Jumlahnya sangat ketat," kata Imamoglu kepada Fox TV Turki, dengan menambahkan kedua partai memperoleh tambahan suara dalam penghitungan ulang.

AKP mengatakan ada lebih 300.000 suara yang tidak valid di Istanbul dan di bawah 110.000 di Ankara.

Belum jelas penghitungan ulang akan dilakukan di berapa distrik di Istanbul - kota yang berpenduduk 15 juta jiwa. AKP telah meminta penghitungan ulang di semua 39 distrik di Istanbul dan seluruh 25 distrik di Ankara, tempat CHP yang sekuler telah meraih suara hampir 4 persen daripada pesaingnya.

Baik AKP maupun CHP telah mengklaim meraih kemenangan di Istanbul pada Ahad malam, tetapi hari berikutnya mereka mengatakan bahwa Imamoglu menyabet 25.000 suara mengungguli Yildirim.

Sumber: Reuters
Baca juga: Komisi Pemilu Turki: Penghitungan ulang suara pernah terjadi
Baca juga: Partai AK klaim menang dalam pemilihan wali kota Istanbul
Baca juga: Erdogan: Bangsa Turki berikan dunia pelajaran demokrasi

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019