Harganya lebih murah dari produk impor sejenis. Selain itu, apabila industri 'rubber airbag' berdiri di Indonesia, maka seluruh kebutuhan yang mencapai 1.500 unit per tahun dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri..
Cirebon (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan PT Samudera Luas Paramacitra (SLP) melakukan rekayasa teknologi material dengan menghadirkan inovasi produk 'rubber airbag' atau peluncur kapal untuk membendung impor dari negara lain.

"Hadirnya inovasi 'rubber airbag' hasil pengembangan BPPT dan industri lokal ini jelas menjadi pengganti produk impor, serta meninggikan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN)," kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza di Cirebon, Senin.

Hammam mengatakan selama ini Indonesia masih mengimpor produk 'rubber airbag', karena memang belum ada industri yang membuatnya. Dan melalui PT SLP yang bekerjasama dengan BPPT ini diharapkan bisa menekan impor produk serupa.

Menurutnya berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Maret 2013) Indonesia memiliki kurang lebih 12.047 kapal, yang pada saatnya harus direparasi pada 240 galangan kapal yang tersebar di seluruh Nusantara.

Melihat potensi yang ada tentunya sangat dibutuhkan produk "rubber airbag", untuk membantu proses reparasi dan pembuatan kapal baru.

"Harganya lebih murah dari produk impor sejenis. Selain itu, apabila industri 'rubber airbag' berdiri di Indonesia, maka seluruh kebutuhan yang mencapai 1.500 unit per tahun dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri," ujarnya.

Hammam menambahkan "rubber airbag" untuk peluncur kapal selama ini masih sepenuhnya diimpor. Padahal Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar nomor 2 di dunia, yaitu sebesar 3,6 juta ton.

Namun yang digunakan dan diolah menjadi barang karet seperti ban mobil, truk, bis, belt conveyer, benang karet, dock fender dan lain-lain hanya sekitar 660.000 ton, yakni hanya sekitar 15 persen dari produksi domestik.

"Dan diharapkan dengan adanya produk 'rubber airbag' ini dapat menyerap karet alam dalam negeri sebanyak 600.000 ton per tahun," tuturnya.

Sementara Direktur Utama PT SLP Martinus Limansubroto menyatakan bahwa pengembangan produk komersial 'rubber airbag' ini merupakan yang perdana di Indonesia.
Dan apa yang sudah dilakukan dengan BPPT ini akan tetap terus lakukan kedepan terutama dalam hal pengembangannya.

"Kita dari awal dibantu 100 persen oleh BPPT mulai dari penelitian, perhitungan, hingga tercapai standarisasi. Ini akan memberi sumbangsih yang sangat baik bagi industri perkapalan nasional," katanya.

Baca juga: BPPT optimistis inovasi bawa Indonesia keluar dari ekonomi menengah

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019