Jakarta (ANTARA) - Instagram dikabarkan mempertimbangkan merombak platform mereka dan menghilangkan fitur unggulan menyukai atau "like" supaya pengguna mereka bisa fokus terhadap konten yang diunggah.

Seorang pengamat teknis media sosial dan aplikasi, Jane Wong dalam cuitan menyiarkan temuannya berdasarkan kode di prototipe Instagram. Instagram tidak benar-benar menghilangkan "like", namun, menyembunyikan jumlah "like" di sebuah foto.

Menurut Jane Wong, Instagram ingin "para pengikut fokus ke apa yang Anda bagikan, bukan berapa banyak 'like' yang didapat", seperti dikutip dari laman The Verge.

Hanya si pemilik akun yang dapat melihat berapa banyak "like" yang didapat dari foto atau video yang dia unggah.

Instagram belum menguji coba fitur ini, mereka menyatakan "mencari cara untuk mengurangi tekanan di Instagram, sesuatu yang selalu kami pikirkan".

Sejumlah penelitian menuding media sosial sebagai salah satu penyebab penyakit menta, antara lain depresi, pada para penggunanya. Peneliti di University College London dalam studi yang dimuat di jurnal EclinicalMedicine awal tahun ini mengemukakan media sosial menyebabkan gangguan tidur dan pelecehan daring pada remaja.

Tapi, berdasarkan studi mereka remaja perempuan cenderung lebih menderita akibat masalah ini—mungkin karena mereka lebih aktif dalam obrolan di situs.

Penulis penelitian tersebut, Profesor Yvonne Kelly, mengatakan remaja perempuan lebih banyak menggunakan media sosial setiap hari dan hal tersebut meningkatkan gejala depresi secara bertahap. Sementara itu, skor gejala depresi lebih tinggi terhadap remaja lelaki yang menggunakan media sosial selama tiga jam atau lebih per hari.


Baca juga: Pengguna Instagram kehilangan hingga ribuan pengikut dalam semalam, ini alasannya

Baca juga: Alasan Taylor Swift matikan fitur komentar Instagram

Baca juga: Instagram akan tindak "like" yang tidak autentik

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019