Manado (ANTARA) - Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan, gempa tektonik yang terjadi di sebelah barat laut Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara diakibatkan aktivitas subduksi Sangihe.

"Apabila memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dalam akibat aktivitas subduksi Sangihe," sebut Triyono dalam publikasi yang dibagikan BMKG Sulut melalui grup percakapan BMKG, PVMBG dan Stakeholder di Manado, Minggu.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tektonik ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan kombinasi mendatar dan turun (oblique normal).

Disebutkan, berdasarkan laporan masyarakat gempa bumi ini dirasakan di Kota Bitung dalam skala intensitas II MMI. Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.

Sementara itu, dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami dan hingga pukul 04.30 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).

Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Triyono mengajak masyarakat memanfaatkan informasi resmi bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi telah terverifikasi.

Sebelumnya, pada pukul 04.02.13 WIB, sebelah barat laut Kabupaten Bolaang Mongondow diguncang gempa bumi tektonik dan dari hasil analisis BMKG menunjukkan lindu ini memiliki kekuatan M=5,5 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=5,7.

Episenter gempa terletak pada koordinat 2,01 LU dan 123,66 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 131 sebelah barat laut Kabupaten Bolaang Mongondow pada kedalaman 347 kilometer.

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019